Begini Dampak Childfree untuk Kesehatan Perempuan

 Begini Dampak Childfree untuk Kesehatan Perempuan

Ilustrasi

Jakarta (MediaIslam.id) – Praktisi Kesehatan Masyarakat dr. Ngabila Salama mengungkap sejumlah dampak yang kemungkinan bakal dirasakan pasangan bila mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak secara suka rela (childfree).

“Keputusan untuk childfree dapat memberikan dampak tertentu pada kesehatan reproduksi wanita, baik positif maupun negatif, tergantung pada kondisi fisik, mental, dan gaya hidup yang dijalani,” kata Ngabila di Jakarta, Senin (18/11) seperti diilansir ANTARA.

Kepala Seksi Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Tamansari itu menyebut, secara medis keputusan pasangan untuk childfree dapat mengurangi risiko komplikasi kehamilan dan persalinan.

Menurut Ngabila, wanita yang tidak pernah hamil atau melahirkan, tentu akan terhindar dari risiko medis yang terkait seperti seperti preeklampsia, diabetes gestasional, atau trauma persalinan.

Kemudian, lanjut dia, jika mengambil childfree, pasangan jadi memiliki peluang lebih besar untuk menjaga kesehatan fisiknya. Tanpa kehamilan, tubuh tidak mengalami perubahan besar seperti peningkatan berat badan drastis, perubahan hormon selama kehamilan, atau dampak jangka panjang pada otot dasar panggul akibat persalinan.

Pasangan juga mampu mengontrol kesehatan reproduksi lebih baik. Ia menjelaskan bahwa wanita yang memilih childfree sering lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksinya.

“Contohnya seperti rutin melakukan pemeriksaan kesehatan baik pap smear, tes HPV dan menghindari risiko infeksi menular seksual,” ucap Ngabila.

Namun demikian, dampak buruk dari keputusan childfree tidak dapat diabaikan. Menurut Ngabila, risiko kanker tertentu dapat meningkat pada perempuan.

Tidak hamil atau tidak menyusui dapat meningkatkan risiko kanker ovarium dan kanker payudara, karena kehamilan dan menyusui membantu menekan ovulasi dan menurunkan paparan hormon estrogen, yang berhubungan dengan risiko kanker tersebut.

Wanita yang tidak hamil juga mungkin lebih berisiko mengembangkan endometriosis, karena ovulasi terus berlangsung setiap siklus menstruasi tanpa jeda yang biasanya diberikan oleh kehamilan. Belum lagi adanya potensi masalah hormonal.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

14 − eight =