Anugerah Hidayah
Ilustrasi
SETIAP harinya seorang muslim dalam shalatnya selalu berdoa kepada Allah meminta hidayah. Tidak kurang tujuh belas kali memohon kepada Allah, dengan ucapan “ihdinas shiratahal musthakim” tunjukilah kami ke jalan yang lurus.
Ini menunjukkan bahwa hidayah adalah sebuah kebutuhan setiap insan. Kebutuhan yang sangat dinantikan baginya. Karena dengan hidayah itulah ia akan tetap teguh dan istiqomah untuk selalu mengapai di jalannya yaitu jalan keislaman serta melangkah meniti jalan kebenaran . jalan yang bisa menghantarkan ke surga dan kalau bukan karena hidayah dari Allah maka manusia akan tengelam dalam kebatilan, kesyirikan, kekafiran dan dalam kubangan menuju maksiat. Jalan yang akan menghantarkan manusia dalam keterpurukan yang akan mengantarkan ke gerbang pintu neraka.
Dalam setiap sholatnya seorang muslim bermunajat untuk selalu teguh dan istiqamah dalam menapaki jalan tersebut karena hanya Allah yang akan membimbingnya dan menuntun ke jalan keislaman.
Imam Al-Baghawi rahimahullah menjelaskan di dalam tafsirnya, makna “ihdinaa” (tunjukilah kami ) adalah “arsiyidnaa” (bimbinglah kami). Beliau menukilkan tafsir dari Ali dan Ubay bin Ka’ab bahwa maksudnya adalah ‘tsabbitnaa’ (teguhkanlah kami). Kemudian Imam Al Baghawi menyimpulkan , bahwa maksud dari doa ini adalah memohon keteguhan diatas dan memintah tambahan hidayah.
Ibnu Jauzi Rahimahullah menyebutkan dalam tafsirnya dalam riwayat tafsiran Ibnu abbas mengenai makna ‘ihdinaa (yaitu bermakna ‘Arsyidnaa (bimbinglah kami) “wafiqnaa’ (berikan taufik kepada kami) dan ‘alhimnaa’ berikan ilham kepada kami)
Seperti yang telah menjadi pengetahuan umum bahwa manusia banyak memiliki sifat yang tidak baik, bahkan tercela, seperti hasad, riya, ingin menang sendiri dan sebagainya. Namun diantara sekian banyak sifat tercela yang dimilikinya dan yang paling menonjol adalah sifat zhalim (aniaya) dan jahil (bodoh) seperti dalam firman Allah “Sesungguhnya (manusia itu) adalah (mahluk) yang zhalim dan bodoh.” (Al-Ahzab: 72)
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, mengatakan di dalam “tafsir Al-Fatihah” , bahwa shirathal mustaqim itu adalah jalan yang jelas, jalan yang lurus, tidak bengkok. Dan yang dimaksud dengan demiikian itu adalah agama yang diturunkan Allah kepada Rasul, Shirathul mustaqim juga mengandung makna jalan yang benar, jalan yang menjadi kebutuhan seorang hamba untuk selamat dari azhab dan siksa, jalan yang dapat membawa manusia kepada kebahagiaan, ketenangan jiwa baik di dunia maupun di akhirat.
Dari sini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa untuk bisa meniti jalan di atas kebenaran seorang hamba membutuhkan bimbingan, taufik, ilham dan keteguhan adalah anugerah dari Allah, dam ini tidak bisa di berikan oleh siapa pun juga bahkan Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam’ sekalipun. Karena yang punya kewenangan untuk memberikan petunjuk dan hidayahNya hanya Allah semata.
Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu tidak bisa memberikan petunjuk kepada siapa yang kamu cintai, akan tetapi Allah lah yang memberikan petunjuk/taufik kepada siapa yang di kehendaki Nya.” (Al–Qashash: 56)
Dalam ayat yang lain, Allah menjelaskan bahwa taufik dan hidayah itu akan Allah berikan kepada siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam meniti jalan Islam. Allah berfirman, “dan orang-orang yang bersungguh-sungguh di jalan Kami pasti akan Kami tunjukkan kepada jalan-jalan keridhaan Kami.” (QS. Al-Ankabut: 69)
