Al-Qur’an dan Kemukjizatannya (Bag-2)

 Al-Qur’an dan Kemukjizatannya (Bag-2)

Ilustrasi: Surat Al Fatihah.

Telah diketahui, bahwa kehadiran Al-Qur’an dalam bentuk seperti itu –dengan gaya bahasa semacam itu– , terhimpunnya hal-hal yang awalnya tercerai berai hingga akhirnya tersusun sistematis dan harmonis, merupakan perkara yang bisa mematahkan (mu’jiz) ‘kekuatan’ manusia. (Lihat: Abu Salman Al Khaththabi, dalam kitabnya Bayaanu I’jaaz il Qur’an).

Sisi-sisi kemukjizatan Al-Qur’an hanya terbatas pada gaya bahasa (uslub) Al-Qur’an, yakni unsur-unsur penyusun gaya bahasanya:

Pertama: Pada lafazh (al al-faazh) dan susunannya (at taraakiib). Al-Qur’an hadir dengan gaya bahasa tersendiri. Tidak seorang Arab yang fasih pun, mampu membuat yang semisal dengannya. Sebagian di antara telah berusaha mencoba untuk mendatangkan yang semisal dengannya, namun mereka tidak sanggup.

Kedua: Pada hal irama (nagham). Susunan huruf-huruf dan kata-kata pada ayat-ayat Al-Qur’an datang dengan irama khas yang tidak terdapat pada ucapan manusia, baik di dalam syair maupun prosa. Misalnya, ketika Anda mendengar firman Allah SWT:

فَلَآ اُقْسِمُ بِالْخُنَّسِۙ الْجَوَارِ الْكُنَّسِۙ وَالَّيْلِ اِذَا عَسْعَسَۙ وَالصُّبْحِ اِذَا تَنَفَّسَۙ

Maka Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan yang terlindung, demi malam apabila telah pergi, demi fajar apabila telah terang, sesungguhnya Al-Qu’an itu adalah firman Allah yang dibawa Rasul yang mulia. (QS. At Takwir [81]: 15-19), maka Anda akan rasakan desauan huruf “sin” yang berulang-ulang dan kelembutan iramanya yang terasa serasi (harmonis) dengan makna yang dikandungnya. Di situ dibicarakan ketenangan malam dan terbitnya fajar. Misalnya lagi, ketika Anda mendengar firman Allah Ta’aala yang lain:

اِذَآ اُلْقُوْا فِيْهَا سَمِعُوْا لَهَا شَهِيْقًا وَّهِيَ تَفُوْرُۙ تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِۗ كُلَّمَآ اُلْقِيَ فِيْهَا فَوْجٌ سَاَلَهُمْ خَزَنَتُهَآ اَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيْرٌۙ

Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya, mereka mendengar padanya suara yang mengerikan sedang neraka itu menggelegak, hampir (neraka) itu terpecah karena marah. Setiap kali suatu rombongan dilemparkan ke dalamnya, penjaga neraka bertanya kepada mereka, “Apakah belum pernah datang kepadamu seorang yang memberi peringatan? (QS. Al Mulk [67]: 7-8).

maka akan Anda rasakan kekuatan dari kata-kata “ulquu fiihaa” (mereka dilemparkan ke dalamnya), “syahiiqan” (suara mengerikan), “tafuur” (menggelagak), “tamayyazu” (terpecah), “al-ghayzhu” (kemarahan), yang menggambarkan panorama menakutkan mengenai neraka jahanam sebagai tempat dijatuhkannya siksaan Allah kepada kita.

Ketiga: Lafaz-lafaz dan susunan-susunan yang terkandung di dalam Al-Qur’an memuat keberagaman dan kemenyeluruhan makna. Al-Qur’an telah memberi banyak makna meskipun lafadz-lafaznya ringkas. Sebagai contoh adalah firman Allah yang berbunyi:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

15 − 9 =