Bayi-Bayi di Gaza Gugur Akibat Hipotermia dan Blokade

 Bayi-Bayi di Gaza Gugur Akibat Hipotermia dan Blokade

Gaza (Mediaislam.id) – Musim dingin di Jalur Gaza telah berubah menjadi mesin pembunuh yang sunyi. Lembaga medis internasional, Dokter Tanpa Batas (Médecins Sans Frontières/MSF), mengeluarkan peringatan darurat atas melonjaknya angka kematian anak-anak Palestina akibat cuaca dingin ekstrem yang diperparah oleh blokade bantuan kemanusiaan oleh otoritas pendudukan Israel.

Tragedi di Rumah Sakit Nasser

Sebuah kisah memilukan terjadi pada Kamis lalu (18/12) di Rumah Sakit Nasser, Gaza Selatan. Seorang bayi yang baru berusia 29 hari dinyatakan meninggal dunia hanya dua jam setelah tiba di bangsal anak. Tim medis MSF berjuang keras menyelamatkan nyawa mungil itu, namun gagal karena korban menderita hipotermia parah.

Bilal Abu Saada, pengawas keperawatan di RS Nasser, mengungkapkan kepedihan tim medis yang menyaksikan bayi-bayi tiba dengan tanda-tanda vital yang hampir hilang akibat kedinginan yang menusuk tulang.

“Anak-anak ini meninggal karena mereka telah kehilangan kebutuhan paling mendasar untuk bertahan hidup. Bahkan upaya terbaik kami pun tidak cukup. Mereka mengatakan perang telah berakhir, tetapi orang-orang di sini masih harus berjuang mati-matian hanya untuk tetap bernapas,” ujar Abu Saada dengan nada getir.

Badai Kutub dan Tenda yang Terendam

Situasi kian mencekam sejak Senin malam saat badai kedua dalam sepekan menghantam wilayah tersebut. Sebelumnya, badai kutub bernama “Byron” telah merenggut 17 nyawa warga Palestina. Sebanyak 53.000 tenda pengungsian dilaporkan rusak berat atau terendam banjir, memaksa ratusan ribu orang bertahan di bawah terpal darurat yang bobrok.

MSF mencatat lonjakan tajam infeksi saluran pernapasan, terutama pada anak di bawah usia lima tahun. Tanpa adanya pemanas, pakaian layak, dan tempat tinggal yang memadai, musim dingin ini diprediksi akan menjadi ancaman eksistensial bagi generasi muda Gaza.

Kejahatan Sistematis di Tengah Gencatan Senjata

Meskipun gencatan senjata telah disepakati sejak 10 Oktober 2025, Israel dilaporkan terus melanggar protokol kemanusiaan. Otoritas pendudukan masih membatasi secara ketat masuknya makanan, obat-obatan, dan perlengkapan perlindungan musim dingin bagi 2,4 juta warga sipil.

Data resmi menunjukkan skala kehancuran yang tak terbayangkan:

– Korban Jiwa: Lebih dari 70.000 orang gugur akibat genosida yang berlangsung selama dua tahun terakhir.
– Kerusakan Hunian: Ribuan bangunan yang telah melemah akibat pemboman kini terancam runtuh diterjang badai.
– Pelanggaran Kesepakatan: Ratusan korban sipil baru terus berjatuhan akibat pelanggaran gencatan senjata oleh militer Israel.

Seruan Dunia: Hentikan Pembiaran

Dokter Tanpa Batas mendesak otoritas pendudukan untuk segera membuka akses bantuan kemanusiaan secara luas tanpa hambatan. Dunia internasional kini dituntut untuk menekan Israel agar menghentikan praktik penghambatan bantuan yang mengakibatkan kematian massal yang sebenarnya dapat dicegah.

Gaza saat ini bukan hanya medan perang yang hancur, melainkan penjara terbuka yang membeku, di mana bantuan medis dan tempat tinggal menjadi garis tipis antara hidup dan mati bagi jutaan manusia.

sumber: infopalestina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × 5 =