Karunia yang Agung
Oleh:
Dr. KH. Zakky Mubarak, M.A.
Abu Sa‘id al-Mu‘alla, salah seorang sahabat, menginformasikan (HR. Bukhari, no. 4703) bahwa ketika ia berjumpa dengan Rasulullah saw., beliau memanggilnya. Namun, ia tidak dapat segera memenuhi panggilan Nabi saat itu karena sedang melaksanakan shalat. Setelah selesai shalat, ia secepatnya mendatangi Nabi saw. Rasulullah kemudian bertanya kepadanya, “Apa yang menghalangimu sehingga engkau tidak segera mendatangiku ketika aku memanggilmu, padahal Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kalian!”
Abu Sa‘id al-Mu‘alla menginformasikan kejadian berikutnya bahwa Nabi saw. bersabda kepadanya, “Maukah aku ajarkan kepadamu surat yang paling agung sebelum aku keluar dari masjid?” Ketika Nabi saw. hendak keluar dari masjid, Abu Sa‘id mengingatkan beliau. Rasulullah saw. kemudian bersabda, “Surat itu adalah alhamdulillāhi rabbil ‘ālamīn. Itulah as-Sab‘ul Matsānī, tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang, dan al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku.”
Dari dialog di atas dapat dipahami bahwa karunia Allah yang paling agung yang diberikan kepada umat Islam adalah al-Qur’an, termasuk Surah Al-Fatihah atau as-Sab‘ul Matsānī, yaitu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang oleh umat manusia. Allah swt. menurunkan kitab suci kepada para nabi dan rasul dengan jumlah seluruhnya 104 kitab. Jumlah nabi seluruhnya 124.000 orang, jumlah rasul 313 orang, dan yang namanya disebutkan dalam al-Qur’an berjumlah 25 orang.
Dari 104 kitab yang diturunkan tersebut, seluruh ajarannya terangkum dalam empat kitab, yaitu Taurat, Zabur, Injil, dan al-Qur’an. Dari keempat kitab itu, semuanya terangkum dalam al-Qur’an, sedangkan Surah Al-Fatihah merupakan ringkasan dari kitab suci tersebut. Oleh karena itu, Al-Fatihah disebut Ummul Kitab. Sebagai Ummul Kitab atau induk kitab, kandungan Surah Al-Fatihah sangat luas dan mendalam. Karena itu pula, ia disebut sebagai surat yang paling agung yang berisi tujuh ayat.
Demikian agung dan pentingnya Surah Al-Fatihah sehingga selalu dibaca berulang-ulang oleh setiap muslim. Setiap muslim melaksanakan shalat wajib sehari semalam sebanyak 17 rakaat. Pada setiap rakaat dibaca Surah Al-Fatihah. Dengan demikian, setiap muslim minimal membaca surah tersebut sebanyak 17 kali dalam sehari semalam. Itu baru dalam shalat wajib. Jika ditambah dengan shalat-shalat sunnah, maka Surah Al-Fatihah dibaca berkali-kali oleh setiap muslim, dengan jumlah yang sangat banyak, tidak kurang dari 50 kali dalam sehari semalam.
Surah Al-Fatihah berisi dialog yang sangat mulia antara seorang hamba dengan Khaliknya, yaitu Allah swt. Dalam surah ini terdapat tiga bagian yang menegaskan hak-hak Allah, hak antara Allah dan manusia, serta hak manusia. Allah swt. langsung menjawab ayat demi ayat dari Surah Al-Fatihah yang dibaca oleh seorang hamba. Hal ini disebutkan dalam hadis berikut:
إنَّ اللهَ تعالى يقولُ: قَسَمْتُ الصَّلاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، نِصْفُها لِي وَنِصْفُها لِعَبْدِي، وَلِعَبْدِي ما سَأَلَ، فَإِذا قالَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العالَمِينَ} قالَ اللهُ: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذا قالَ: {الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ} قالَ اللهُ: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذا قالَ: {مالِكِ يَوْمِ الدِّينِ} قالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: مَجَّدَنِي عَبْدِي، وَفي رِوايَةٍ: فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي، وَإِذا قالَ: {إِيّاكَ نَعْبُدُ وَإِيّاكَ نَسْتَعِينُ} قالَ: فَهذِهِ الآيَةُ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي ما سَأَلَ، فَإِذا قالَ: {اهْدِنَا الصِّراطَ المُسْتَقِيمَ صِراطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ المَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قالَ: فَهؤُلَاءِ لِعَبْدِي، وَلِعَبْدِي ما سَأَلَ.
Sesungguhnya Allah Ta‘ala berfirman, “Aku membagi shalat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian: setengahnya untuk-Ku dan setengahnya untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta. Jika ia berkata, ‘Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ Jika ia berkata, ‘Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang’, Allah berfirman, ‘Hamba-Ku telah memuja-Ku.’ Jika ia berkata, ‘Pemilik hari pembalasan’, Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Mulia berfirman, ‘Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku,’ dan dalam satu riwayat, ‘Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.’ Jika ia berkata, ‘Hanya kepada-Mu kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan’, Allah berfirman, ‘Ayat ini antara Aku dan hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.’ Jika ia berkata, ‘Tunjukilah kami jalan yang lurus, yaitu jalan orang-orang yang Engkau beri nikmat, bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat’, Allah berfirman, ‘Ini untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.’” (HR. Muslim, no. 395).*
