Mukjizat Al-Qur’an: Tantangan yang Belum Terjawab

 Mukjizat Al-Qur’an: Tantangan yang Belum Terjawab

Ilustrasi: Aplikasi Al-Qur’an di HP.

Oleh: Nur Aljazira*

DI ERA modern yang dipenuhi dengan teknologi canggih dan kemajuan ilmu pengetahuan, kita cenderung mengukur kebenaran dengan data, logika, dan pembuktian empiris.
Namun, ada satu kitab yang telah bertahan selama lebih dari 14 abad, yang bukan hanya menuntut keyakinan, tetapi juga secara terbuka menantang seluruh umat manusia dan jin untuk membuktikan ketidakbenarannya. Kitab itu adalah Al-Qur’an. Ini adalah sebuah keunikan yang menjadi inti dari konsep I’jaz Al-Qur’an, atau kemukjizatan Al-Qur’an.
I’jaz bukanlah sekadar klaim, melainkan sebuah pernyataan faktual bahwa Al-Qur’an mengandung keistimewaan yang mustahil ditiru oleh ciptaan. Inti dari tantangan ini, yang dikenal sebagai Tahaddi, menjadi pondasi utama kebenaran Islam. Pertanyaannya: Mengapa, setelah ribuan tahun dan jutaan kali upaya, tantangan ini tetap tidak terjawab?
Membongkar Aspek Tantangan
Tantangan Al-Qur’an seperti yang termaktub dalam Surah Al-Baqarah ayat 23 tidak main-main. Ia menantang siapapun untuk membuat satu saja surah yang menyerupai keindahan dan kedalamannya. Tantangan ini tetap berlaku hingga hari ini, dan kemukjizatannya dapat diuji melalui beberapa aspek:
1. Tantangan Linguistik (I’jaz Balaghi)
Al-Qur’an diturunkan di tengah masyarakat Arab yang merupakan ahli sastra, puisi, dan retorika. Mereka hidup dari keindahan bahasa. Namun, ketika Al-Qur’an datang, mereka terdiam. Para sastrawan terbesar pada masa itu mengakui bahwa diksi, susunan kata, keserasian bunyi, dan kedalaman makna Al-Qur’an berada di level yang tidak mungkin dicapai manusia
Sebagai contoh, pemilihan kata dalam Al-Qur’an sangat presisi. Ketika menjelaskan air, kadang digunakan kata ma’, ghayth, atau wabl, yang masing-masing merujuk pada jenis air dan konteks yang berbeda. Keindahan bahasa ini tidak hanya terletak pada balaghah (retorika), tetapi juga pada kemampuan Al-Qur’an menyampaikan pesan yang kompleks dan universal dengan kalimat yang ringkas dan memukau.
2. Tantangan Ilmiah (I’jaz Ilmi)
Di mata kaum muda, I’jaz Ilmi seringkali menjadi aspek yang paling menarik. Al-Qur’an bukanlah buku ilmu pengetahuan, tetapi di dalamnya terdapat petunjuk dan isyarat tentang fenomena alam yang baru dapat diverifikasi oleh sains modern berabad-abad kemudian. Salah satu contoh klasik adalah proses penciptaan manusia, mulai dari fase nuthfah hingga menjadi janin yang sempurna, yang detailnya sangat sesuai dengan temuan embriologi kontemporer.
Selain itu, isyarat tentang pengembangan alam semesta (ekspansi kosmos) dan fungsi gunung sebagai pasak bumi (awtad) juga menjadi subjek yang terus dikaji para ilmuwan. Fakta-fakta ini membuktikan bahwa sumber Al-Qur’an adalah Dzat yang menciptakan alam semesta itu sendiri.
3. Tantangan Hukum dan Etika (I’jaz Tasyri’i)
Di tengah perubahan zaman, sistem hukum buatan manusia seringkali membutuhkan revisi dan penyesuaian. Berbeda dengan itu, sistem tasyri’ (hukum) yang dibawa Al-Qur’an telah terbukti relevan, adaptif, dan adil sepanjang masa.
Sebagai contoh, sistem ekonomi Al-Qur’an dengan pelarangan riba dan anjuran sedekah menjamin distribusi kekayaan yang lebih merata. Meskipun berusia ratusan tahun, prinsip-prinsip etika dan moralitas yang ditawarkannya (seperti keadilan sosial, hak asasi manusia, dan kesetaraan) adalah solusi atas berbagai krisis moralitas yang melanda peradaban modern saat ini.
Penutup
Keunikan Al-Qur’an, yang menjadi tantangan abadi bagi dunia modern, adalah bukti kuat bahwa ia adalah firman Tuhan, bukan karya manusia. Di era informasi dan karya bisa diolah oleh kecerdasan buatan (AI) sekalipun, Al-Qur’an tetap berdiri kokoh. Tidak ada bot terhebat, penulis terpandai, atau ilmuwan tercerdas yang mampu menjawab tantangan Tahaddi.
Bagi kita, mahasiswa sebagai generasi intelektual, keunikan ini bukan hanya menjadi materi kuliah yang harus dihafal, tetapi harus menjadi motivasi untuk mendalami dan mengaplikasikannya.
Jika tantangan linguistik, ilmiah, dan hukumnya tak mampu dipecahkan dunia, maka sudah seharusnya kita menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup yang utama.[]
*Mahasiswi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir UIN Suska Riau

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

10 − 8 =