Masyarakat Islami

 Masyarakat Islami

Oleh:

KH. Zakky Mubarak, MA

Sebagai agama besar yang dianut oleh milyaran umat manusia, Islam telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting dan teratur, yang disebut masyarakat Islami. Islam adalah agama wahyu terakhir yang disebarkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, beliau menyebarkan agama ini dengan penuh kasih sayang, sehingga banyak orang yang memasukinya. Hal ini menjadikan umat Islam menjadi umat yang kuat dan masyarakat yang senantiasa disertai dengan keamanan, ketertiban, dan ketentraman.

Agama Islam membentuk para pengikutnya menjadi masyarakat yang saling mengasihi dan saling mencintai satu dengan yang lainnya. Masyarakat islami itu adalah sekelompok orang yang seluruh atau sebagian anggotanya merupakan orang-orang muslim yang berpedoman pada akidah dan hukum Islam.

Masyarakat itu dibentuk berdasarkan ajaran, dan tata nilai yang bersumber pada al-Qur’an dan al-Sunnah, sebagai prinsip-prinsip dasar dan terus dikembangkan melalui ijtihad. Masyarakat ini berorientasi pada pondasi tauhid, karena itu falsafah sosialnya didasarkan pada sistem nilai yang paling utama. Anggotanya mampu mempraktekkan ajaran agama dengan baik, menegakkan kebenaran dan keadilan, dibarengi dengan cinta dan kasih sayang. Pelayanan terhadap masyarakat dirasakan secara merata, meluas dan menyangkut berbagai aspek kehidupan.

Masyarakat itu dibentuk berdasarkan pada etika dari orang-orang yang bertauhid secara murni. Semuanya bertopang pada (1) mentaati Allah dan para rasul-Nya yang dicerminkan dengan kasih sayang terhadap sesamanya. (2) bersyukur terhadap rahmat dan karunia Allah dengan menyadari keluasan rahmat-Nya bagi umat manusia. Hal ini tercermin pada upaya mewujudkan kesejahteraan dan kemaslahatan yang menyeluruh, baik secara material maupun secara spiritual. (3) masyarakat ini senantiasa merasa dekat dengan Tuhan dengan jalan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

Semua itu akan membertuk sikap dan jiwa yang adil serta bertanggung jawab. Menghindari tingkah laku yang curang, menolak kejahatan dalam segala bentuknya. Masyarakat islami dibina berdasarkan pada prinsip dasar etika kemuliaan manusia. Semua anggota masyarakat dibimbing untuk melaksanakan kebajikan sehingga akan meraih kemuliaan lahir dan batin, baik di dunia maupun di akhirat.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. al-Hujurat, 49:13).

Masyarakat yang beriman dan berbuat kebajikan akan mencapai kemuliaan yang luhur, baik pada masa kini maupun pada masa yang akan datang.

أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ حَقّٗاۚ لَّهُمۡ دَرَجَٰتٌ عِندَ رَبِّهِمۡ وَمَغۡفِرَةٞ وَرِزۡقٞ كَرِيمٞ

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. al-Anfal, 9:4).

Dalam rangka meraih kemuliaan yang agung itu, memerlukan kekuatan iman bagi setiap individu anggota masyarakat. Apabila disebutkan asma Allah, mereka merasakan dan menghayati sifat-sifat keagungan dan kemulian-Nya. Dengan demikian, keimanan mereka semakin bertambah dan senantiasa bertawakkal dalam segala kehidupannya. Mereka adalah anggota masyarakat yang menegakkan shalat secara khusyu’ dan menafkahkan sebagian rizkinya yang mereka peroleh, pada orang-orang yang sangat membutuhkan.

Kemuliaan manusia mengarahkan setiap orang untuk menghormati orang lain dalam segala interaksi sosialnya. Setiap diri manusia perlu dihargai dan diberikan hak-haknya sebagai anggota masyarakat secara adil atas dasar persamaan derajat. Keimanan dan ketakwaan yang menentukan derajat seseorang dan status kedudukannya dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi.*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × 2 =