Kemenag Hadirkan Cabang Lomba Karya Tulis Ilmiah di STQH Nasional XXVIII

 Kemenag Hadirkan Cabang Lomba Karya Tulis Ilmiah di STQH Nasional XXVIII

Rijal Ahmad Rangkuty dalam Technical Meeting dan Penetapan Peserta STQH Nasional XXVIII di Jakarta, Rabu (20/08).

Jakarta (Mediaislam.id) – Seleksi Tilawatil Quran dan Musabaqah Al-Hadis (STQH) Nasional XXVIII yang doiogelar Kementerian Agama akan menghadirkan inovasi baru dengan memasukkan Karya Tulis Ilmiah Hadis (KTIH) sebagai salah satu cabang lomba.

“Peserta tidak hanya diuji hafalan, tetapi juga kemampuan menulis, menafsir, dan mempresentasikan gagasan secara ilmiah,” kata Kepala Subdirektorat Lembaga Tilawah dan Musabaqah Al-Qur’an, Rijal Ahmad Rangkuty, di Jakarta, dikutip dari situs resmi Kemenag, Kamis (21/08/2025).

Rijal menilai kehadiran KTIH akan memperkuat dimensi intelektual dalam ajang STQH yang akan digelar di Kendari, Sulawesi Tenggara, pada 9–19 Oktober 2025 mendatang.

Menurut Rijal, penilaian KTIH dilakukan secara berlapis, mencakup keaslian karya, bobot materi, kaidah bahasa, logika penyusunan, hingga kemampuan presentasi peserta.

“Ini pertama kalinya KTIH hadir dalam STQH Nasional. Kami ingin memberi ruang bagi generasi muda untuk menyalurkan gagasan segar tentang hadis melalui tulisan yang orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan,” ujarnya.

Pada babak penyisihan, penilaian meliputi lima kategori yakni relevansi judul dengan tema besar, bobot dan kebaruan gagasan, eksplorasi kandungan hadis, keluasan wawasan, serta kekayaan referensi.

Kelima kategori tersebut juga digunakan dalam babak semifinal dengan rentang nilai yang berbeda.

Aspek logika dan organisasi pesan turut menjadi perhatian, mencakup keteraturan berpikir, mutu analisis, sistematika gagasan, dan alur tulisan.

Rijal menegaskan keaslian karya merupakan syarat utama. Panitia telah menetapkan batas maksimal kemiripan dari hasil cek plagiarisme, dengan pengecualian pada referensi, bibliografi, teks Al Quran dan hadis, serta catatan kaki.

“Dengan hadirnya KTIH, kami berharap STQH tahun ini tidak hanya melahirkan para penghafal hadis, tetapi juga generasi yang mampu berpikir kritis, sistematis, dan memberi kontribusi nyata melalui gagasan akademik,” kata dia. []

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

18 − five =