Dialog Syawal dan Temu Tokoh Perubahan: Seruan Momentum Perubahan Menuju Islam Kaffah

Bogor (Mediaislam.id) – Sejumlah tokoh dan aktivis Islam hadir dalam acara “Dialog Syawal dan Temu Tokoh Perubahan” di Swiss-Belhotel Kota Bogor pada Sabtu, 26 April 2025. Acara dibuka dengan pembacaan doa, dilanjutkan dengan saling sapa antar peserta dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Suasana penuh khidmat mewarnai awal pertemuan ini, menandai tekad bersama untuk membangun sinergi umat dalam menyongsong perubahan.
Dalam sambutan pembuka, Ustaz Asep Sudrajat menegaskan pentingnya menjadikan bulan Syawal sebagai momentum memperkuat ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Ia mengingatkan bahwa Syawal bukan sekadar tentang pakaian baru, melainkan tentang peningkatan kualitas keimanan. Ia menyoroti bahwa ketakwaan sejati tidak hanya bersifat individu, melainkan juga kolektif dan harus terwujud dalam kehidupan sosial dan kenegaraan.
Asep mengingatkan, jalan menuju ketakwaan kini penuh tantangan. “Realitas umat Islam saat ini, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, menghadapi berbagai problematika akibat tidak ditegakkannya hukum Allah di tengah kehidupan,” ujarnya. Ia menyerukan pentingnya menggandengkan tangan untuk mewujudkan perubahan hakiki.
Ustaz Rahmat Kurnia, sebagai pembicara utama, memaparkan urgensi perubahan berdasarkan refleksi Ramadhan dan Idulfitri. Ia menekankan bahwa kebahagiaan umat Islam dalam Idulfitri haruslah berlandaskan pada kesadaran ruhiyah, bukan semata-mata tradisi.
Dalam pemaparannya, Ustaz Rahmat mengulas sejarah perang Badar yang terjadi pada bulan Ramadhan tahun ke-2 Hijriah. Ia menyoroti bagaimana Rasulullah SAW dan para sahabat menghadapi ujian berat dengan keimanan penuh serta doa yang tak henti-henti. Momen tersebut menjadi pelajaran penting bahwa kemenangan diraih bukan hanya dengan kekuatan fisik, tetapi dengan keimanan, kesabaran, dan pertolongan Allah SWT.
Ia pun mengajak peserta merefleksikan makna puasa dan Idulfitri, bahwa keduanya tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan erat dengan syariat Islam yang menyeluruh (kaffah). Ia menekankan bahwa Ramadhan dan Idulfitri semestinya mendorong umat Islam memperjuangkan penerapan Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan, mulai dari individu, masyarakat, hingga negara.
“Saat ini Syawal 1446 hijriah artinya sejak itu kita sudah 105 kali melewati ramadhan dan Idulfitri. Ketika sudah kita lewati maka apakah kita sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai huda (petunjuk), bayyinah (bukti) dan furqon (pembeda)? atau justru sebaliknya sekularisme yang kita saksikan. Seharusnya sebagai umat Muslim hukum-hukumnya yang ada di Al Qur’an diperhatikan, jangan sampai isi kandungan yang didalam Al-Quran terabaikan,” ungkapnya.
Ia juga mengaitkan perjuangan umat Islam hari ini dengan kondisi Palestina. Menurutnya, solidaritas terhadap Palestina dan seluruh umat Islam yang tertindas adalah indikator sejati keimanan dan persatuan umat. “Perubahan besar harus diawali dari perubahan akliyah (pemikiran) dan nafsiyah (perasaan) umat,” ungkapnya, seraya menekankan pentingnya dakwah Islam kaffah dengan keikhlasan dan kesungguhan.
Sebelum acara ditutup, dibacakan pesan ungkapan hati anak-anak Indonesia kepada anak-anak Palestina, disusul dengan testimoni dan pernyataan dukungan dari beberapa tokoh yang hadir. Acara kemudian ditutup dengan doa bersama dan sesi foto bersama seluruh tokoh dan peserta. (ysn).