Al-Qur’an adalah Cahaya yang Terang
Ilustrasi
ALLAH SWT sendiri yang mengatakan bahwa Dia telah menurunkan “Cahaya yang Terang” yang kemudian ditafsirkan oleh para ulama sebagai Al-Qur’an.
Hal itu disebutkan oleh para ulama saat menjelaskan lafazh “nuuran mubiina” atau “cahaya yang terang” pada firman Allah SWT dalam Surah An Nisa’ ayat 174:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمْ بُرْهَانٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُورًا مُبِينًا
Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an).
Lafazh “nuuran mubiinan” atau “cahaya terang” ditafsirkan sebagai Al-Qur’an paling tidak bisa kita lihat dalam Imam Jalalain dalam Tafsir Jalalain Juz 2/174, Tafsir Al Baghawy Juz 2/315, Imam As Suyuthy dalam Ad Durrul Mantsuur fit Tafsiir bil Ma’tsuur Juz 5/144, bahkan Ash Shabuny dalam Shafwatut Tafasiir Juz 1/209 menyebut:
[ وأنزلنا اليكم نورا مبينا ] أى انزلنا عليكم القرآن ذلك النور الوضاء
(dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang). Artinya Kami telah menurunkan kepada kalian Al-Qur’an. Al-Qur’an itu adalah An Nuur al Wudla’, artinya “Cahaya yang Cemerlang”.
Mengapa disebut sebagai Cahaya Terang?
Imam As Syaukany dalam tafsirnya Fathul Qadir Juz 2/254 menyebutkan bahwa Allah SWT menamakan Al-Qur’an sebagai “nuuran” atau “cahaya” karena dengan al Qur’an diperoleh petunjuk dari kegelapan dan kesesatan.
Teks tafsir Fathul Qadir sebagai berikut:
فتح القدير للشوكاني – (2 / 254)
{ وَأَنزَلْنَا إِلَيْكُمْ نُوراً مُّبِيناً } وهو القرآن ، وسماه نوراً لأنه يهتدى به من ظلمة الضلال : { فَأَمَّا الذين ءامَنُواْ بالله واعتصموا بِهِ } أي : بالله ، وقيل : بالنور المذكور : { فَسَيُدْخِلُهُمْ فِى رَحْمَةٍ مَّنْهُ } يرحمهم بها { وَفَضَّلَ } يتفضل به عليهم …
Firman Allah SWT: (dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang). Dia adalah Al-Qur’an. Dia menamakannya sebagai “nuuran” atau “cahaya” sebab Al-Qur’an itu memberi petunjuk dari kegelapan dan kesesatan. Firman Allah SWT: (Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)-Nya) dikatakan berpegang teguh kepada Allah dan juga dikatakan berpegang teguh kepada “cahaya” tersebut. Firman Allah SWT: (niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-Nya) Allah akan merahmati mereka dan memberikan keutamaan kepada mereka…
Allah SWT mengutus Rasulullah Saw untuk membacakan Al-Qur’an kepada umatnya untuk mengeluarkan mereka dari kondisi kegelapan kepada kondisi cahaya yang terang benderang. Allah SWT berfirman:
…قَدْ أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا (10) رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ …(11)
“…Sesungguhnya Allah telah menurunkan peringatan kepadamu, (dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepadamu ayat-ayat Allah yang menerangkan (bermacam-macam hukum) supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh dari kegelapan kepada cahaya…. “ (QS. At Thalaq ayat 10-11).
Imam Jalalain dalam Tafsir Jalalain Juz 11/238 menerangkan, dzikran (peringatan) dalam ayat 10 di atas adalah Al-Qur’an.
Menurut Imam Jalalain, kata “rasulan” dalam ayat 11 adalah Nabi Muhammad Saw, dimana Allah SWT telah mengutus beliau untuk membacakan kepada kalian ayat-ayat Allah SWT yang menjelaskan untuk mengeluarkan orang-orang yang beriman dan beramal saleh setelah datangnya Al-Qur’an dan Muhammad Saw dari kegelapan kekufuran kepada cahaya iman. []
