Keadilan Kepemimpinan Islam dan Konsekuensi Mendukung Pemimpin Zalim

 Keadilan Kepemimpinan Islam dan Konsekuensi Mendukung Pemimpin Zalim

Ilustrasi

Kepemimpinan dalam Islam bukan sekadar jabatan, tetapi amanah besar yang akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Seorang pemimpin harus berlaku adil karena keadilan merupakan prinsip utama dalam Islam.

Sebaliknya, kezaliman dalam kepemimpinan adalah salah satu bentuk dosa besar yang membawa kebinasaan bagi pemimpin itu sendiri, rakyatnya, dan bahkan bagi mereka yang mendukungnya. Islam dengan tegas melarang segala bentuk kezaliman, baik dalam bentuk penindasan, ketidakadilan hukum, maupun penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi atau golongan tertentu.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. An-Nisa: 58)

Ayat ini menunjukkan bahwa kepemimpinan harus didasarkan pada keadilan. Seorang pemimpin tidak boleh memihak kepada kelompok tertentu atau mengambil hak rakyat demi kepentingannya sendiri. Keadilan dalam Islam bukan sekadar idealisme, tetapi prinsip yang wajib diwujudkan dalam setiap aspek pemerintahan.

Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه pernah berkata:

“العدل أن تعطي الناس ما تحب أن تأخذه منهم، وترضى لهم ما ترضاه لنفسك”

“Keadilan adalah engkau memberikan kepada manusia sebagaimana yang engkau ingin mereka berikan kepadamu, dan engkau merelakan untuk mereka sebagaimana yang engkau rela untuk dirimu sendiri.”

Esensi keadilan adalah memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Pemimpin yang adil akan memastikan rakyatnya sejahtera, hukum ditegakkan tanpa pandang bulu, dan tidak ada penindasan terhadap kaum yang lemah. Sebaliknya, pemimpin yang zalim bertindak sewenang-wenang, menindas rakyatnya, serta menciptakan ketidakadilan sosial dan ekonomi.

Kezaliman dalam kepemimpinan adalah sesuatu yang sangat dibenci oleh Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:

إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِمَامٌ جَائِرٌ

“Sesungguhnya manusia yang paling berat azabnya pada hari kiamat adalah pemimpin yang zalim.” (HR. Ahmad, no. 23445)

Hadis ini menegaskan bahwa seorang pemimpin yang berlaku zalim akan menghadapi azab yang paling berat di akhirat. Kezaliman bukan hanya berdampak pada dunia, tetapi juga menjadi sebab kebinasaan di akhirat. Oleh karena itu, Islam tidak hanya mengecam kezaliman pemimpin, tetapi juga melarang segala bentuk dukungan terhadap mereka.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَلَا تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنصَرُونَ

“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tidak mempunyai pelindung selain dari Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS. Hud: 113)

Ayat ini menunjukkan bahwa mendukung kezaliman, meskipun hanya dalam bentuk kecenderungan hati, bisa menjadi sebab seseorang terkena siksa neraka. Mendukung pemimpin yang zalim bukan hanya dengan membantu mereka secara langsung, tetapi juga dengan membenarkan kebijakan mereka, diam terhadap kezaliman mereka, atau bahkan memilih mereka dalam pemilihan umum tanpa mempertimbangkan keadilan mereka.

Rasulullah ﷺ bersabda:

مَنْ أَعَانَ ظَالِمًا لِيُدْحِضَ بِبَاطِلِهِ حَقًّا، فَقَدْ بَرِئَ مِنْ ذِمَّةِ اللَّهِ وَذِمَّةِ رَسُولِهِ

“Barang siapa membantu seorang yang zalim untuk menegakkan kebatilan dan menindas kebenaran, maka dia telah berlepas diri dari perlindungan Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Ahmad, no. 20710)

Hadis ini memberikan peringatan keras kepada siapa saja yang berperan dalam mempertahankan atau memperkuat kedudukan seorang pemimpin yang zalim. Hal ini menunjukkan bahwa tanggung jawab tidak hanya ada pada pemimpin, tetapi juga kepada mereka yang memberikan legitimasi terhadap kezaliman tersebut.

Di dalam sejarah Islam, kita melihat banyak contoh pemimpin yang zalim dan akibat buruk yang mereka timbulkan. Salah satu contoh yang paling dikenal adalah Hajjaj bin Yusuf, seorang gubernur pada masa Dinasti Umayyah yang terkenal karena kekejamannya. Ia membunuh banyak ulama dan orang-orang yang menentangnya. Namun, pada akhirnya, kezaliman Hajjaj tidak berlangsung selamanya. Ia meninggal dalam keadaan hina, dan namanya dikenang sebagai contoh buruk dalam sejarah Islam.

Kezaliman pemimpin tidak hanya berdampak pada dirinya sendiri, tetapi juga pada rakyat yang dipimpinnya. Jika rakyat mendukung pemimpin yang zalim, maka mereka juga akan merasakan akibat dari kezaliman tersebut. Sebagaimana firman Allah:

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

“Dan peliharalah dirimu dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim di antara kamu saja. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)

Ayat ini menunjukkan bahwa ketika kezaliman dibiarkan, maka seluruh masyarakat bisa terkena dampaknya. Oleh karena itu, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk menolak kezaliman dan menegakkan keadilan.

Dalam menghadapi pemimpin yang zalim, Islam mengajarkan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh umat:

1. Menasihati Pemimpin dengan Hikmah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

أفضل الجهاد كلمة حق عند سلطان جائر

“Jihad yang paling utama adalah berkata benar di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Dawud, no. 4344)

2. Tidak Mendukung dan Berpihak kepada Kezaliman

Islam melarang segala bentuk dukungan kepada pemimpin yang zalim.

3. Berdoa kepada Allah

Jika upaya fisik tidak memungkinkan, maka doa adalah senjata utama orang yang beriman.

Sebagai penutup, keadilan dalam kepemimpinan adalah prinsip utama dalam Islam, sedangkan kezaliman adalah penyimpangan yang besar. Islam tidak hanya mengutuk pemimpin yang zalim, tetapi juga melarang segala bentuk dukungan terhadap mereka.

Oleh karena itu, setiap Muslim harus berhati-hati dalam memilih pemimpin dan tidak menjadi bagian dari kezaliman yang akan mendatangkan murka Allah.

Rahmat Mulyana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two + 1 =