Jimat Tak Mendatangkan Rezeki

 Jimat Tak Mendatangkan Rezeki

Ilustrasi: Jimat [gambar: detik.com]

ADA sementara orang yang berkeyakinan, menggantungkan sepatu kuda di atas pintu rumahnya, atau menggantung model tiruannya di lehernya, bisa mendatangkan keberuntungan! Semuanya itu omong kosong dan sama dengan menyembah berhala model baru.

Batu atau jimat sejak dahulu kala hingga dewasa ini tidak pernah memberi manfaat dan mudharat kepada siapa pun, baik batu biasa maupun batu permata. Begitu pula sepatu kuda, tidak akan mampu mendatangkan rezeki bagi siapa pun juga!

Rezeki itu berasal dari langit. Ia hanya ditentukan oleh Allah SWT sendiri, tidak ada hubungannya dengan berbagai fenomena bumi atau apa yang di dalam perutnya.

Kita wajib mengamati dengan cermat berbagai rahasia dan perbendaharaan maknawi yang terpendam dalam berbagai ayat Al-Qur’anul Karim, dan kepada berbagai karunia Rububiyah yang disimpan Allah Rabbul’alamin untuk para hamba-Nya yang saleh, yang tawakalnya penuh dan yang taqwanya sempurna.

Mereka tidak mendekati hal-hal yang diharamkan. Dirinya dan sanak keluarganya dipelihara dari makan yang haram. Mereka menerima baik takdir Allah Ta’ala, daripada melangkah mengikuti hawa nafsunya. Mereka ridha dengan takdir Allah dan menghormati iradat Allah.

Mereka dan sanak keluarganya memelihara titah-perintah Allah dengan sebaik-baiknya. Maka Allah pun berkenan memberikan pahala-Nya di dunia dan di akhirat juga.

Dalam kisah pemilik sapi betina yang dimohonkan keselamatannya kepada Allah Ta’ala, ucap orang tua yang saleh itu: “Aku amanatkan dia ditangan-Mu, ya Tuhan!” Lalu Allah Ta’ala memeliharanya dan menjadikannya sumber rezeki-Nya yang melimpah-ruah untuk keluarganya, sehingga terjual kepada Bani Israel yang diperintahkan memotong seekor sapi betina yang sifat-sifatnya seperti itu.

Demikianlah pada akhirnya sapi itu terjual dengan harga mahal, karena mereka membelinya dengan berlipat ganda berkat amanat dan penjagaan Allah Ta’ala, karena mereka membelinya untuk menemukan si pembunuh orang yang tidak dikenal, seperti perintah Nabi Musa As.

Diriwayatkan, bahwa Muqatil bin Sulaiman telah menemui khalifah Abu Ja’far bin Mansyur di istananya. Dia sering mengecam para penguasa. Ketika melihatnya masuk ke istananya dari jauh, khalifah berkata: “Demikian, dia tidak masuk ke sini melainkan untuk mengacau. Lebih baik kita bertindak selagi kesempatan terbuka bagi kami.” Sesudah ia ada di hadapannya, maka permintaan Khalifah kepadanya:

“Ya, Muqatil! Nasihatilah aku!”

Muqatil bertanya kepadanya: “Apakah Anda mengharapkan nasihatku dari yang aku lihat atau dari yang aku dengar, ya Amirul Mukminin?”

Khalifah menjawabnya: “Dari yang kamu lihat!”

Muqatil berkata: “Ya, Amirul Mukmnin! Khalifah Umar bin Abdul Aziz meninggalkan sebelas orang anak, dan mewariskan uang sebesar 18 Dinar. Dari uang itu dibelikan kain kafannya 5 Dinar, kuburannya 4 Dinar, dan sisanya dibagi-bagikan di antara anak-anaknya.

Sedang Khalifah Hisyam mewariskan banyak harta, rumah, dan berbagai perhiasan. Bagian tiap seorang istrinya yang empat masing-masing 80 ribu Dinar, selain sawah ladang dan rumah.

Demi Allah, wahai Amirul Mukminin, aku melihat dengan kedua mataku ini pada suatu hari yang sama, salah seorang dari anak Umar bin Abdul Aziz menyumbang 100 ekor kuda perang, fisabillah sedangkan salah seorang putra Hisyam menjadi pengemis jalanan.” [SR]

Sumber: Prof. Dr. M. Mutawwali Asy Sya’rawi. Rezeki (terjemah dari kitab ‘Ar-Rizqu’). Jakarta: GIP, 1993.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

13 − ten =