‘Bos Hamas’, Sebutan Aneh Media untuk Ismail Haniyeh

 ‘Bos Hamas’, Sebutan Aneh Media untuk Ismail Haniyeh

Oleh:

Dr. Maimon Herawati, S.Sos., M.Litt
Dosen Jurnalistik

‘Lie like the devil, boldly and always,’ Voltaire

Bagaimana meyakinkan dunia kalau pendatang dari berbagai negara Eropa lebih berhak atas tanah yang di atasnya sudah ada penduduk pribumi di tanah Palestina?

Kuasai media. Pastikan narasi yang keluar hanya yang membela para pendatang tersebut. Dengan demikian terbangun kesepakatan bahwa Israel adalah korban kebiadaban Hamas, sebatang kara di tengah bangsa Arab yang brutal dan penuh permusuhan.

Noam Chomsky menyebut ini sebagai kesepakatan yang diciptakan. Diciptakan, bukan hadir alami. Ini yang dilakukan Israel sejak lama dan semakin gencar dua tahun terakhir. Usaha ini bagian dari proyek Hasbara Israel sejak 1967.

Hasbara memberikan beasiswa bagi siswa, mahasiswa, dosen, wartawan, tokoh publik dalam berbagai skema dan wilayah. Skemanya bisa berupa pembiayaan riset, summer course, sekolah pemikiran, pelatihan kepemimpinan. Mereka diajak berkeliling Israel menyaksikan kemajuan di berbagai bidang. Mereka dipertemukan dengan tokoh, politisi, dan pejabat Israel.
Israel telah membangun jaringan hasbara ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Pada 2016 lalu, terkuak pertemuan lima wartawan senior Indonesia dengan Netanyahu. Baru-baru saja Indonesia dikejutkan dengan pertemuan lima cendekiawan muda NU dengan Isaac Herzog, presiden Israel. Ari Gordon, Direktur Komite Yahudi Amerika, diundang mengisi kajian di berbagai lembaga dan universitas Indonesia, termasuk oleh Voice of Istiqlal, Mesjid Istiqlal Jakarta. Ini yang terungkap ke publik. Yang tidak pasti lebih banyak dan luas.

Efek hasbara bisa dideteksi dari pemberitaan media besar di Indonesia tentang pembunuhan Ismail Haniyeh, Perdana Menteri Palestina (2006-2014), dan pemimpin Hamas sejak 2017. Media yang merupakan corong hasbara Israel akan memposisikan Ismail Haniyeh bukan sebagai pemimpin negara. Media pro zionis Israel akan meletakkan Hamas sebagai organisasi teroris seperti yang dideklarasikan Amerika, bukan sebagai pemenang suara mayoritas pada pemilu legislatif Palestina terakhir, 2006.

Bahasa yang digunakan media untuk menjelaskan kematian Ismail Haniyeh adalah tewas, bukan wafat. Menurut KBBI, makna tewas adalah mati dalam perang, bencana, dan sebagainya. Wafat digunakan untuk raja atau orang besar ternama, seperti perdana menteri satu negara. Salah satu media yang sedang kami teliti, CNN Indonesia tidak pernah menggunakan kata wafat untuk menjelaskan kematian pemimpin Palestina, mantan perdana menteri. Dari 87 berita CNN Indonesia yang terbit pada Rabu dan Kamis (31/7 dan 1/8), seluruh kata yang digunakan adalah tewas, yaitu 40 kali. Detik dari 35 berita, menggunakan kata tewas 17 kali. Liputan 6 dari 26 berita memuat tewas 9 kali.

Walaupun CNN Indonesia memberitakan pengistimewaan dunia terhadap Ismail Haniyeh, kata yang digunakan tetap tewas. Kesedihan Anwar Ibrahim, perdana menteri Malaysia, disandingkan dengan Haniyeh yang tewas. Begitupun berita tentang rasa berduka dan kehilangan Jusuf Kalla, mantan Wakil Presiden Indonesia, juga disandingkan dengan kata Haniyeh tewas.

Ini adalah usaha untuk menurunkan posisi Ismail Haniyeh sebagai warga biasa Palestina yang tewas kena rudal. Media di Indonesia tidak meletakkan Ismail Haniyeh sebagai mantan Perdana Menteri Palestina yang wafat, gugur dalam perjuangan kemerdekaan Palestina.

Sebab kematian Ismail Haniyeh disebut terbunuh (9 kali), dibunuh (7 kali). Dari 16 berita yang menggunakan kata dibunuh dan terbunuh, hanya lima berita CNN Indonesia yang menyebut Israel sebagai pihak yang melakukan pembunuhan. Ini pola biasa Hasbara, sembunyikan fakta.
Yang lebih parah, penggunaan kata bos sebagai pengganti kata pemimpin. Bos Hamas ditulis dalam 24 berita, pemimpin Hamas ditulis dalam 35 berita dalam CNN Indonesia. Tribunnews 3 berita. Detik satu berita. Makna bos dan pemimpin sama, yaitu mengetuai satu lembaga atau komunitas. Makna bos memiliki nuansa tertentu sehingga biasanya digunakan untuk mafia. Bos mafia.

Pemimpin biasanya digunakan untuk lembaga terhormat, misal pemimpin DPR. Ismail Haniyeh adalah pemimpin partai yang terbanyak memenangkan pemilu legilastif terakhir di Palestina pada 2006, tapi posisi Haniyeh diturunkan menjadi mirip bos mafia Italia, barangkali.

Pilihan diksi media di Indonesia ini tentu perlu dipertanyakan. Sebagai media di negara Indonesia yang mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina dalam berbagai forum dunia, media-media ini tentu perlu diminta penjelasan terkait penggunaan kata di atas karena tidak merepresentasikan semangat bangsa dan negara Indonesia.*