Kebajikan yang Sesungguhnya
Oleh:
Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
SETIAP diri manusia, baik dan buruknya ditentukan oleh akhlak dan perangainya. Apabila akhlaknya baik dan terpuji maka ia menjadi manusia yang mulia dan luhur. Sebaliknya apabila akhlaknya buruk dan tercela maka menjadi manusia yang hina dan terpuruk dalam kerugian. Akhlak pengertiannya menurut bahasa adalah perangai, budi pekerti, dan perbuatan pada umumnya.
Akhlak yang dimiliki seseorang selain dorongan dari dirinya sendiri, dipengaruhi juga oleh pendidikan dan pengaruh lingkungan. Apabila seseorang memperoleh pendidikan yang baik, maka ia akan mengutamakan kebaikan, mencintai kebenaran dan gemar melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar. Setelah mendapat pendidikan yang terpuji ini maka ia menjadi terlatih untuk mencintai kebaikan dan membanci keburukan.
Karena itu sifat-sifat tersebut akan menjadi tabi’at dan watak bagi jiwanya. Dengan demikian, aktifitas yang bersifat positif akan mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan paksaan. Perbuatan-perbuatan yang positif dan sikap yang terpuji ini dikenal dengan akhlak yang mulia. Pengertian akhlak secara terminologi atau istilah adalah suatu perilaku yang timbul dari seseorang yang terjadi secara reflek, tidak memerlukan pertimbangan atau pemikiran. Dengan pemahaman seperti itu, maka akhlak atau perilaku yang dimiliki manusia terbagi menjadi dua bagian, yaitu akhlak yang baik dan terpuji atau akhlak yang buruk dan tercela.
Perilaku terpuji yang timbul dari jiwa seseorang tanpa ada tekanan dan paksaan, disifati dengan akhlak yang luhur, seperti sikap lemah lembut, teliti, sabar, tahan uji, bersifat kesatria, bersifat adil, dan perilaku terpuji lainnya. Kebalikan dari yang telah disebutkan di atas yaitu jiwa seseorang yang tidak mendapatkan pendidikan yang baik, tidak mendapatkan bimbingan yang terpuji dan tidak diarahkan agar jiwanya terlatih untuk mencintai kebaikan. Jiwa seperti itu dibentuk dengan pendidikan yang tidak baik, sehingga ia mencintai keburukan dan perbuatan tercela kemudian ia membenci kabajikan.
Segala perbuatan yang hina dan tercela dia lakukan tanpa ada rasa malu ataupun rasa berdosa. Sikap seperti ini disebut dengan akhlak yang tercela. Dengan sendirinya perkataan dan perilaku orang tersebut menyukai hal-hal yang tercela, seperti berkhianat dusta, keluh kesah, tamak, sadis, kasar, keras kepala, keji dan munkar.
Berdasarkan kenyataan di atas, Agama Islam mengarahkan agar setiap diri manusia menghiasi perilakunya dengan akhlak yang baik dan terpuji. Segala perilaku yang terpuji harus ditumbuh-kembangkan dikalangan umat manusia. Iman seseorang sangat bergantung pada keutamaan jiwanya. Demikin juga kualitas agama seseorang sagat tergantung kepada akhlaknya. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam merupakan pribadi yang luhur dan akhlaknya sangat baik dan terpuji. Allah berfirman:
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. (Q.S. Al Kolam 68:4)
Sebagian dari sifat-sifat manusia yang terpuji adalah gemar berbagi apa yang ia miliki pada mereka yang sangat membutuhkan. Selanjutnya ia dapat mengendalikan amarahnya serta memaafkan kesalahan orang lain. Karena itu orang-orang yang memiliki akhlak yang luhur tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan ataupun keburukan dengan keburukan tetapi ia membalasnya dengan kebaikan yang terpuji.
وَلَا تَسۡتَوِي ٱلۡحَسَنَةُ وَلَا ٱلسَّيِّئَةُۚ ٱدۡفَعۡ بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُ فَإِذَا ٱلَّذِي بَيۡنَكَ وَبَيۡنَهُۥ عَدَٰوَةٞ كَأَنَّهُۥ وَلِيٌّ حَمِيمٞ
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. (Q.S Fussilat 41:34)
Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus untuk melengkapi kesempurnaan akhlak. Karena itu beliau bersabda bahwa “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya”. (HR Ahmad dan Abu Daud). Dari kajian ini dapat dipahami dengan mudah, bahwa hakikat kebajikan adalah terletak pada akhlak yang terpuji. Nabi bersabda: “Kebajikan itu adalah akhlak yang baik.” (HR Bukhari).*
