Memahami Surat Al Maidah Ayat 51: Larangan Jadikan Yahudi dan Nasrani sebagai Pemimpin

 Memahami Surat Al Maidah Ayat 51: Larangan Jadikan Yahudi dan Nasrani sebagai Pemimpin

Ilustrasi

ALLAH SWT berfirman:

۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Ma’idah: 51)
Asbabun Nuzul
Seorang muslim sudah sepatutnya mengikuti tata cara maupun ketentuan Allah dalam memilih seorang pemimpin.
Firman Allah di dalam Surat Al-Maidah ayat 51 di atas menjadi tuntunan kita dalam memilih pemimpin. Sebab turunnya Surah Al-Maidah ayat 51 berhubungan dengan beberapa peristiwa yang melibatkan umat Islam dan kelompok non-muslim pada masa Rasulullah Saw:
Pertama: riwayat dari Ubada As-Samit. Ubadah adalah seorang sahabat Nabi Saw dari Bani Khazraj. Ia memiliki persekutuan dengan orang Yahudi Bani Qainuqa’. Ketika Qainuqa’ memberontak melawan Rasulullah Saw, maka Ubadah pun memutuskan untuk membatalkan persekutuannya dan berpihak kepada Rasulullah Saw.
Namun, Abdullah bin Ubay bin Salul, seorang tokoh munafik tetap mendukung Yahudi. Ayat ini turun untuk melarang umat Islam menjadikan Yahudi dan Nasrani sebagai sekutu atau pemimpin.
Kedua: riwayat dari Perang Uhud. Setelah kekalahan dalam perang Uhud, sejumlah orang Islam merasa takut dan mempertimbangkan untuk mencari perlindungan dari Yahudi atau Nasrani. Ayat ini  turun untuk menegur sikap tersebut, menekankan bahwa bersekutu dengan musuh-musuh Islam adalah tindakan penghianatan dan dapat merusak persekutuan umat.
Penafsiran Para Ahli Tafsir
Menurut tafsir Ibnu Katsir, beliau menjelaskan penafsiran ayat tersebut bahwasanya Allah melarang orang-orang beriman menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin (akan dianggap bagian dari mereka) karena mereka musuh Islam dan umatnya.
Penafsiran lain dari Tafsir Jalalayn menjelaskan, barang siapa yang menjadikan mereka pemimpin maka dia akan termasuk golongan mereka, ayat ini mengingatkan kita bahwa tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.
Ayat ini menegaskan bahwa  orang-orang mukmin yang tanpa sadar dekat dengan orang Yahudi dan Nasrani dan menjadikannya sebagai pemimpin, lambat laun  akan terpengaruh untuk tidak mendukung Islam dan menjadi musuh Islam. Jika dia  menjadi musuh Islam, artinya dia telah menganiaya dirinya sendiri.
Perlu diketahui oleh kita bahwa Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang menganiayanya ke jalan yang benar untuk mencapai kehidupan bahagia di dunia dan di akhirat.
Hikmah
Hikmah atau pelajaran yang dapat diambil dalam surah Al-Maidah ayat 51 antara lain:
a. Menjaga kesetiaan dan persatuan Islam, menjaga kesetiaan dalam ukhuwah Islamiyah dan menghindari pengaruh luar yang dapat merusak persatuan dan Iman muslim.
b. Peringatan bahwa kelompok yang berbeda keyakinan sebagai pemimpin atau teman setia dalam dampak negatif bagi keimanan dan praktik keagamaan umat Islam.
c. Memilih lingkungan pergaulan yang baik. Umat slam di anjurkan untuk memiliki teman dan lingkungan yang mendukung keimanan dan nilai-nilai Islam.
d. Menjaga intergritas dalam bergaul harus tetap memegang prinsip dan nilai-nilai Islam. Waspada terhadap pengaruh yang dapat merusak keimanan.
e. Mengutamakan kepentingan komunitas muslim menyangkut kepemimpinan dan kerjasama, umat Islam di ingatkan untuk mempertimbangkan dampak terhadap komunitas Muslim.
Melalui penerapan hikmah dan pelajaran dari ayat ini umat Islam dapat lebih bijak dalam memilih pemimpin, bijak dalam menjalani kehidupan sehari-hari, menjaga keimanan dan memperkuat persatuan serta solidaritas umat Islam. Sehingga, kita semua termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.[]
Mujahidin Albimawi, Mahasiswa Universitas PTIQ Jakarta.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

5 × one =