Sejarah Singkat Etnis Muslim Rohingya di Myanmar

Pengungsi muslim Rohingya di Cox’s Bazar, Bangladesh.
WARGA ACEH dikabarkan menolak wacana relokasi 137 orang etnis muslim Rohingya dari basement Balai Meuseuraya Aceh (BMA) ke gedung Palang Merah Indonesia (PMI) Aceh di Jalan Ajuen Jeumpet, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar.
Penolakan itu muncul setelah sejumlah tokoh masyarakat, pemuda, keuchik (kepala desa), serta Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Darul Imarah dan Peukan Bada melakukan rapat koordinasi di Gedung PMI Aceh pada Rabu (03/01). Alasannya, mereka khawatir pemindahan itu menimbulkan konflik serta merugikan masyarakat setempat.
“Gampong Ajuen kawasan padat penduduk, dibawa pengungsi (ke sini), saya takut ada gejolak lain nanti yang tidak bisa diprediksi. Dikhawatirkan ada seperti kejadian di tempat-tempat lain, ada demo mungkin, tapi saya tidak bisa memastikan,” ujar Keuchik Gampong Ajuen Ferdiansyah di Aceh Besar, seperti dilansir ANTARA.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Itulah peribahasa yang agaknya tepat untuk menggambarkan kondisi Muslim Rohingya saat ini.
Di tanah kelahirannya, Rakhine atau Arakan, Myanmar, mereka tidak diakui keberadaannya. Bahkan mereka tidak diberikan kewarganegaraan (stateless). Karena dianggap bukan sebagai warga negara, lantas mereka mendapatkan pengusiran, pembunuhan, dan pembakaran tempat tinggal mereka, baik oleh militer maupun dari kalangan sipil pengikut Budha radikal.

Untuk menyelamatkan diri, sebagian dari etnis Muslim Rohingya ini terpaksa angkat kaki dari tanah kelahiran mereka. Mengungsi.
Gelombang pengungsian terbesar Muslim Rohingya terjadi secara besar-besaran sejak 2012 silam, ketika mereka menghadapi pembantaian sadis.
Berdasarkan data United Nations High Commisioner For Refugees (UNHCR), pengungsi Rohingya dan pencari suaka lainnya yang tak memiliki status kewarganegaraan dari Myanmar berjumlah 1.094.198 orang per September 2023.
Rombongan Rohingya paling banyak mengungsi di Bangladesh, yakni 965.467 orang atau 88,2% dari total pengungsi Rohingya dan pencari suaka Myanmar. Kedua adalah Malaysia yang menampung 105.762 orang atau 9,7%. Disusul India sebesar 22.110 orang atau 2%.
Indonesia, sejatinya menjadi negara yang paling sedikit menampung pengungsi Rohingya, yakni hanya 859 orang saja atau 0,1%.