Makna Penting Buku “Indonesia Maju 2045”
Oleh: Dr. Adian Husaini
(www.adianhusaini.id)
Pada 18 Desember 2023, saya mengirimkan buku Indonesia Maju 2045 kepada para calon presiden dan wakil presiden. Keenam buku itu diantar langsung ke posko pemenangan masing-masing capres-cawapres.
Buku Indonesia Maju 2045: Konsep dan Peta Jalannya diluncurkan dan didiskusikan pada 17 Desember 2023, dalam acara “Tasyakkur 58 Tahun Dr. Adian Husaini”. Buku ini berisi 58 gagasan penting untuk kebangkitan Indonesia. Ke-58 gagasan pilihan itu dipilih dari 1742 artikel pilihan yang telah ditulis selama empat tahun (2019-2023). (Lihat: www.adianhusaini.id).
Buku ini sangat penting, khususnya bagi para capres-cawapres, agar jangan keliru merumuskan konsep negara maju, konsep pembangunan, dan juga konsep pendidikan. Padahal, Pancasila dan UUD 1945 sudah memberikan rumusan yang jelas tentang ketiga hal itu.
Kita ini bangsa religius dan mengaku berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa, maka kemajuan bangsa kita jangan hanya diukur dari kenaikan pendapatan negara dan perorangan. Tapi, harus ada kemajuan dalam bidang ibadah dan akhlak mulia.
Saya juga mengajak agar kita merenungkan kembali konsep pendidikan nasional kita yang belum mengutamakan aspek keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia. Padahal, itu secara tegas disebutkan dalam UUD 1945, UUD Sisdiknas, dan UU Pendidikan Tinggi.
Jangan sampai pendidikan kita menghasilkan manusia-manusia yang serakah dunia, yang oleh Ki Hadjar Dewantara disebut menghasilkan kemurkaan diri (individualisme) dan kemurkaan benda (materialisme).
Pada bagian terakhir, buku ini menampilkan kisah-kisah teladan para pendiri dan tokoh bangsa dalam memperjuangkan kemerdekaan, menjaga persatuan, dan melaksanakan pembangunan. Bukan hanya gagasan mereka yang cemerlang, tetapi juga keteladanan mereka patut dicontoh para pemimpin bangsa saat ini.
Melalui buku ini, pembaca bisa menikmati kisah-kisah teladan dari banyak tokoh bangsa yang diramu dan disajikan dengan cara yang menarik oleh penulisnya. Misalnya, kisah HOS Tjokroaminoto, guru Bung Karno, yang berani keluar dari zona nyaman demi perjuangan. Juga, kisah H. Agus Salim yang berani melawan sistem pendidikan kolonial dengan tidak menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah Belanda.
Begitu juga kisah-kisah perjuangan Soekarno, Hatta, KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, Mohammad Natsir, Sjafruddin Prawiranegara, HM Rasjidi, Prawoto Mangkusasmito, Rahmah el-Yunusiyyah, dan sebagainya.
Mungkin, belum dikenal banyak orang, bahwa Mohammad Hatta dan Mohammad Natsir adalah ketua dan sekretaris pendirian universitas pertama di Indonesia yang dimiliki bangsa Indonesia. Namanya: Sekolah Tinggi Islam (STI). Kampus ini didirikan pertama kali pada 8 Juli 1945.
Itulah visi besar para tokoh bangsa dalam mewujudkan kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Sebelum proklamasi kemerdekaan RI, 17 Agustus 1945, mereka sudah memikirkan perlunya kampus yang memiliki tujuan dan kurikulum sendiri, yang berbeda dengan kurikulum kampus-kampus bikinan pemerintah kolonial Belanda.
Mungkin, belum banyak yang mengenal sosok, pemikiran, dan perjuangan Rahmah el-Yunusiyyah. Ia satu-satunya wanita Indonesia yang diberi gelar “Syaikhah” oleh Universitas al-Azhar Cairo. Bahkan, sistem pendidikan Diniyah Putri Padang Panjang dijadikan sebagai model pendirian Kulliyatul Banat di Al-Azhar Cairo.
Keteladanan para tokoh bangsa itu sangat penting sebagai inspirasi bagi pembangunan bangsa ke depan agar dapat mencapai tujuan kemerdekaan, yaitu terbentuknya negeri yang merdeka bersatu berdaulat adil dan makmur. Sudah 78 tahun kita merdeka. Sepatutnya tujuan itu sudah tercapai.
Tidak sedikit negara yang merdeka lebih belakang dari kita, tetapi rakyatnya dapat menikmati hasil kemerdekaan lebih baik dari rakyat kita. Bahkan, tidak sedikit rakyat kita yang mencari pekerjaan ke negeri-negeri tersebut.
Karena itu, buku Indonesia Maju 2045 ini mengajak bangsa kita, khususnya para calon presiden dan wakil presiden, agar bersedia dan berani mengkaji kembali konsep-konsep pembangunan dan pendidikan yang selama ini telah kita terapkan. Perlu keikhlasan, kejujuran, dan kerja keras dari para pemimpin dan rakyat kita untuk memperjuangkan terwjudnya cita-cita kemerdekaan itu.
Jadi, benarlah ungkapan lagu kebangsaan kita: “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya!” Setelah itu, bangunlah jembatannya, bandaranya, bendungannya, jalan tol-nya, dan seterusnya!
Akar masalah bangsa kita, menurut Mohammad Natsir, adalah kecintaan kepada dunia yang berlebihan. Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib al-Attas, akar masalah umat Islam adalah “hilang adab”, yang berakar dari kekacauan ilmu (confusion of knowledge). Karena ilmunya rusak, maka rusaklah pendidikannya. Jika pendidikan rusak, maka lahirlah para pemimpin yang rusak pula. Begitu seterusnya, sampai datangnya musibah atau ketentuan Allah SWT.
Buku Indonesia Maju 2045 menyajikan gagasan-gagasan besar dan penting, dengan bahasa yang mudah dan enak dibaca. InsyaAllah capres-cawapres yang serius dan ikhlas menerima gagasan-gagasan yang baik ini akan terpilih sebagai presiden Indonesia 2024-2029. Kita lihat saja!
