Kisah Penemu PAZ Al Kasaw, 15 Tahun Mengembara Belajar 50 Metode Pengobatan

Salah satu sudut Ayub Camp Klaten, Jawa Tengah
ANJRAH Ari Susanto dan Haryanto Bilal ingat betul awal kisah pertemuan dengan Haris Moejahid, penemu metode Pengobatan Akhir Zaman (PAZ) Al Kasaw. Rabu sore itu tahun 2017, Anjrah-Bilal bersama sejumlah pengusaha muslim tengah berkumpul mengikuti Pengajian Rebonan di mushala Ayub Camp yang berlokasi di Desa Belangwetan, Klaten, Jawa Tengah. Ayub Camp dikenal sebagai pusat sekolah berkuda dan memanah. Kedatangan Haris ke Ayub Camp untuk belajar berkuda.
Baca sebelumnya: PAZ Al Kasaw, Hidden Gem Pengobatan Alternatif
Saat pengajian berlangsung hujan turun cukup lebat. Hujan memaksa aktivitas belajar olahraga sunnah tersebut terhenti. Para peserta mencari tempat berteduh. Haris Moejahid yang bernama asli Aris Hidayat memilih berteduh di mushala tempat Anjrah dan kawan-kawan mengaji.
Sembari menunggu hujan reda, Haris mengikuti pengajian tersebut. Merasa ada orang baru, pengurus Pengajian Rebonan meminta Haris memperkenalkan diri. Pada perkenalan itu, Haris menyampaikan bahwa ia memiliki ilmu terapi hasil temuannya sendiri.
“Kami tanya, namanya apa? Ternyata belum ada nama. Namanya penemu, beliau hanya pakai untuk menerapi, selesai. Belum sampai dia mengajarkan temuannya itu, hanya sharing-sharing saja. Belum dinamai secara brand, itu belum,” kata Anjrah ketika ditemui di Ayub Camp Klaten baru-baru ini.
Kemudian, Haris meminta peserta pengajian yang memiliki keluhan untuk tunjuk tangan. Sebagian besar peserta mengaku memiliki keluhan kesehatan. Haris pun melakukan terapi kepada mereka.
Setelah diterapi, rasa penasaran makin kuat. “Kami bertanya bagaimana caranya belajar? Jadi Pengajian Rebonan itu pengajian khusus pengusaha sebetulnya. Tetapi karena kami butuh ilmu ini, kami tanya kembali, ‘Ustaz bagaimana cara belajarnya?’ Bingung Ustaz ini. Bagaimana cara mengajarinya. Beliau berjanji akan kembali lagi ke Klaten. Beliau tinggal di Bandung,” ungkap Anjrah.
Ihwal cerita penemuan PAZ Al Kasaw bermula saat kedua orang tua Haris menderita sakit. Sang ayah menderita jantung dan sang ibu menderita stroke. Haris yang merupakan kelahiran Bandung, 9 September 1967 memutuskan kembali ke Indonesia untuk merawat orang tuanya. Haris saat itu sedang kuliah di Universitas Teknologi Delft di Belanda jurusan teknik rangka pesawat.

“Kemudian beliau meninggalkan Belanda, meninggalkan semuanya untuk merawat orang tua. Ustaz Haris sendiri mengaku sejak kecil sudah sakit-sakitan,” ujar Anjrah.
Meski Haris sebagai pebisnis, tetapi ia menilai keluhan stroke dan jantung pada kedua orang tuanya perlu perawatan medis berkelanjutan dan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
“Bagaimana dengan pasien yang tidak berpunya? Beliau berempati. Dia saja yang sebagai pengusaha merasa berat dengan biaya, bagaimana dengan orang-orang yang secara ekonomi kekurangan?” kata Anjrah.
Haris, jelas Anjrah, meyakini di Islam pasti ada solusinya. Singkat cerita, secara tak sengaja, Haris yang pernah kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) mendengar radio MQ FM Bandung mengenai pengobatan metode bekam. Ia pun tertarik mempelajari ilmu bekam.
Berjalan waktu, Haris yang juga seorang dai sempat pula belajar ke banyak guru. Salah satunya kepada Tuan Haji Ismail bin Haji Ahmad, ahli herbal asal Malaysia yang juga pendiri HPA (Herba Penawar Al Wahida).
“Kemudian dia belajar ke Condet (Jakarta Timur), belajar ilmu fasydu. Pokoknya ketika beliau mendengar ilmu pengobatan baru, dia sangat haus. Jika dihitung, Ustaz Haris mengaku telah mempelajari 50 metode terapi,” terang Anjrah.
Setelah mengembara belajar banyak metode pengobatan selama 15 tahun, Haris sampai pada kesimpulan. Setiap pengobatan tradisional memiliki keterbatasan, yakni harus menggunakan alat. Seperti tusuk jarum, lintah, alat bekam, dan alat-alat lainnya.
“Padahal, dalam kondisi tertentu kita harus dapat mengobati orang dengan tanpa alat,” kata Anjrah.
Haris tertarik berlatih kuda, karena ia yakin olahraga sunnah ini tentu ada manfaat untuk kesehatan. Pusat latihan kuda, guru-guru berkuda, atlet-atlet berkuda itu pembibitannya banyak ada di Klaten.
“Makanya beliau kejar ke Klaten,” ujar Anjrah. Hingga pertemuan singkat Anjrah dan Haryanto Bilal dengan Haris di Musala Ayub Camp pun terjadi.
Usai pertemuan itu, rupanya Haris kembali ke Belanda. Setahun lamanya tak ada kabar perihal kelanjutan belajar ilmu terapi itu.
Lalu, tiba-tiba, di akhir 2018, Haris menghubungi Anjrah dan Haryanto Bilal. Ia meminta mereka untuk mengumpulkan 100 orang yang memiliki keluhan sakit. Kemudian diadakanlah pelatihan pertama pada November 2018 di Masjid Agung Al Aqsha Klaten dengan peserta 140 orang.
Pelatihan perdana ini lalu menghasilkan beberapa orang terapis yang kini disebut sebagai terapis perintis. Diantara mereka adalah Tri Haryanto, Sukirno, dan Adi Bayu Nugroho.
“Mereka itu generasi awal yang langsung dididik Ustaz Haris,” kata Haryanto Bilal, pengelola PAZ Al Kasaw yang mengurusi pelatihan.
Tancap gas, metode PAZ Al Kasaw ini kemudian disosialisasikan ke berbagai tempat. Anjrah dan Haryanto Bilal membersamai Haris mendirikan pusat PAZ Al Kasaw di Klaten.

“Pelatihan-pelatihan kemudian kami lakukan, dikelola secara profesional, dan menggunakan ‘brand’. Itu kami lakukan setelah ada pertemuan di Masjid Sidowayah,” ungkap Bilal.
Anjrah mulai menyusun kurikulum pengajaran metode PAZ Al Kasaw. Kurikulum hasil diskusi dengan Haris kurang lebih satu tahun. Buku modul ini selesai kemudian diberi judul “Haris Moedjahid Sang Medical Hacker”.

Sejak saat itu, berduyun-duyun masyarakat mengikuti pelatihan PAZ Al Kasaw. Sampai saat ini sudah ada sekitar 18 ribu PAZtrooper (praktisi PAZ Al Kasaw) di seluruh Indonesia.
Pada 5 Juli 2020 lalu, Haris Moejahid meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat. Kendati demikian, pengobatan PAZ Al Kasaw ini terus disebarluaskan oleh murid-muridnya. Walaupun, dalam perjalannya, PAZ Al Kasaw menemui banyak rintangan dan tantangan.
Penamaan PAZ Al Kasaw
Ihwal penamaan PAZ Al Kasaw merupakan usulan dari dua orang ulama. Pengobatan Akhir Zaman (PAZ) adalah nama yang terinspirasi setelah Ustaz Haris bersilaturahim kepada Ustaz Zulkifli Muhammad Ali, seorang dai dari Sumatera Barat, yang dikenal dengan kajian-kajian bertema akhir zaman.
Sedangkan nama ‘Al Kasaw’ ditambahkan dibelakang PAZ setelah Ustaz Haris berdiskusi dengan Ustaz Syihabuddin Abdul Muiz, pengasuh Ma’had Tahfizul Qur’an Isy Karima, Karanganyar.
Inspirasinya dari Surat Al Mukminun ayat 14, “Tsumma khalaqnan-nuthfata ‘alaqatan fa khalaqnal-‘alaqata mudlghatan fa khalaqnal-mudlghata ‘idhâman fa kasaunal-‘idhâma laḫman tsumma ansya’nâhu khalqan âkhar, fa tabârakallâhu aḫsanul-khâliqîn.”
Ayat mengenai penciptaan manusia ini pula yang menjadi inspirasi Haris dalam tadabburnya untuk menjelaskan mengenai anatomi tubuh manusia.
Inti metode PAZ Al Kasaw ialah perbaikan struktur tulang belakang, yang menurut Ustaz Haris berkaitan dengan organ-organ dalam tubuh manusia.
PAZ Al Kasaw membagi tubuh manusia terdiri dari dua bagian saja, yakni tulang (rangka) dan non tulang.
Selain terinspirasi dari Surat Al Mukminun ayat 14, kebetulan penemu PAZ Al Kasaw Haris Moedjahid, juga seorang sarjana di bidang Aeronoutical Engineering (spesialisasi struktur dan rangka pesawat terbang) dari Belanda.

Berangkat dari konsep tentang tulang (rangka), menurut PAZ, penyakit yang diderita manusia penyebabnya hanya empat saja: kendor, kenceng, melintir, dan kombinasi. Jika kendor dikencengin, sebaliknya, jika kenceng dikendorin.
“Konsepnya menormalkan jalur penyakit kenceng, kendor, melintir maupun kombinasinya pada tubuh manusia dengan rangkaian jurus berbasis biomekanik,” ungkap Anjrah.*