Pemimpin yang Adil
Ilustrasi
Keberadaan pemimpin merupakan keharusan bagi manusia, seperti adanya air untuk kehidupan, karena tidak ada kebahagiaan bagi manusia kecuali bila ada pemimpin. Keadilan dan kebenaran tidak akan tampak kecuali dengan adanya kekuasaan pemimpin.
Manusia akan menjadi lemah tanpa pemimpin dan jika mereka lemah maka mereka tidak akan mendapatkan kemaslahatan; hukum-hukum syariat tidak bisa ditegakkan dan hukum-hukum lslam tidak dilaksanakan, sehingga mereka merasa tidak nyaman hidupnya, tidak mendapatkan kemuliaan dan tidak dapat mengusir musuh yang tamak jika mereka lemah.
Rasulullah Saw telah menggambarkan mengenai masalah ini dalam sabdanya, “Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) itu merupakan pelindung. Dia bersama pengikutnya memerangi orang kafir dan orang zalim serta memberi perlindungan kepada orang-orang lslam.” (HR Imam Bukhari)
Karena itulah Allah menempatkan para pemimpin pada kedudukan yang tinggi dan mulia. Mereka itu adalah wakil Allah di muka bumi dan termasuk orang-orang yang dicintai-Nya di hari Kiamat.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya orang yang paling dicintai Allah pada hari Kiamat dan paling dekat tempat duduknya daripada-Nya adalah seorang imam yang adil. Sedangkan orang paling dibenci oleh Allah pada hari Kiamat dan paling jauh tempat duduknya daripada-Nya adalah imam yang lalim.” (HR. At-Tirmidzi).
Rasulullah Saw juga bersabda, “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra yang berkata bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam telah bersabda, “Ada tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya. Hari tersebut tidak ada naungan kecuali naungan Allah. Golongan tersebut ialah pemimpin yang adil, pemuda yang senantiasa beribadah kepada Allah semasa hidupnya, seseorang yang hatinya senantiasa berpaut pada masjid-masjid, yaitu sangat mencintainya dan selalu melakukan sembahyang berjamaah, dua orang yang saling mengasihi karena Allah yaitu keduanya berkumpul dan berpisah karena Allah, seorang lelaki yang diundang oleh seorang perempuan yang mempunyai kedudukan dan rupa paras yang cantik untuk melakukan kejahatan tetapi dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah!’, seorang yang memberi sedekah tetapi dia merahasiakannya seolah-olah tangan kanan tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan kirinya, dan seseorang yang mengingat Allah di waktu sunyi sehingga mengalirkan air mata dari kkedua matanya.” (HR. Bukhari).
Para pemimpin itu memang berhak mendapatkan kedudukan semacam itu dan berhak menikmati kenikmatan yang abadi.
Umar bin Khaththab mengatakan dalam suratnya yang diberikan kepada pembantunya, Abu Musa Al-Asy’ari, “Amma ba’du, sesungguhnya pemimpin yang paling bahagia adalah pemimpin yang karenanya rakyat bahagia, sedangkan pemimpin yang paling sengsara adalah pemimpin yang karenanya rakyat sengsara. Maka hendaklah kamu berhati-hati, karena para pembantumu akan mengikutimu. Permisalanmu seperti binatang ternak yang melihat tempat gembala yang hijau, lalu dia makan banyak hingga gemuk, padahal kegemukan itulah yang menyebabkan kebinasaannya, karena dia gemuk maka dia disembelih dan dimakan.” []
