Meraih Cinta Allah dan Rasul-Nya

Ilustrasi: Seorang jemaah di Masjidil Haram sedang membaca Al-Qur’an. [foto: Twitter HaramainInfo]
Seorang hamba harus memiliki rasa cinta kepada Allah dan juga berupaya meraih cinta Rabbnya.
Doa yang dianjurkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam untuk meraih kecintaan Allah Ta’ala :
اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ حُبَّكَ وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ وَالْعَمَلَ الَّذِى يُبَلِّغُنِى حُبَّكَ اللَّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَىَّ مِنْ نَفْسِى وَأَهْلِى وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ
“Ya Allah, aku mohon padaMu cintaMu dan cinta orang yang mencintaiMu, amalan yang mengantarkanku menggapai cintaMu. Ya Allah, jadikan kecintaanku kepadaMu lebih aku cintai daripada cintaku pada diriku sendiri, keluargaku, dan air dingin.” (HR. At-Tirmidzi dari Abu Darda’ radhiyallahu anhu, Hasan oleh At-Tirmidzi )
Sesungguhnya di antara sebab yang bisa mendatangkan kecintaan Allah kepada seorang hamba adalah membaca Al-Qur’an dengan khusyu’ dan berusaha memahaminya. Sehingga tidak mengherankan, apabila kedekatan dengan Al-Qur’an merupakan perwujudan ibadah yang bisa mendatangkan cinta Allah.
Ini semua akan lebih sempurna apabila disertai keikhlasan. Karena ikhlas -sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi- merupakan kewajiban utama bagi pembaca Al-Qur’an. Dan seharusnya ia menyadari, bahwa dirinya sedang bermunajat kepada Allah. (At Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, Imam an Nawawi, halaman 38)
Allah telah memberikan izin kepadamu untuk bermunajat kepadaNya. Dengan demikian, berarti Allah telah memberikan rahasia cintaNya kepadamu. Dan Al-Qur’an, merupakan bukti kecintaanNya. Karena Al-Qur’an memberikan petunjuk tentang Allah dan yang dicintaiNya.
Maka, tentu cinta kepadaNya merupakan jalan hati dan akal untuk mengetahui sifat-sifat Allah dan hal-hal yang dicintaiNya. Melalui Al-Qur’an, kita bisa mengetahui nama-namaNya, apa yang layak dan yang tidak layak bagiNya, serta (mengetahui) secara rinci syari’at yang diperintahkan dan yang dilarang Allah, dan mengantarkan seseorang menuju cinta dan ridhaNya.
Oleh karena itu, ada di antara para sahabat berusaha untuk mendapatkan kecintaan Allah dengan membaca satu surat. Dia renungi dan dia cintai; yaitu surat al Ikhlash, yang mengandung sifat-sifat Allah. Dia selalu membacanya dalam shalat yang ia lakukan. Ketika ditanya tentang hal itu, ia menjawab : “Karena ia merupakan sifat Allah, dan aku sangat suka menjadikannya sebagai bacaan”. Mendengar jawaban itu, Nabi bersabda :
أَخْبِرُوهُ أَنَّ الله يُحِبُّهُ
“Beritahukan kepadanya, bahwa Allah mencintainya”. (Diriwayatkan Imam al Bukhari, no. 7375; Fat-hul Bari, 13/360, dan Imam Muslim, 1/557 (813)
Orang yang mencintai Al-Qur’an, mestinya cinta kepada Allah Azza wa Jalla, karena sifat-sifat Allah terdapat di dalam Al-Qur’an. Dan semestinya, ia juga cinta kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena beliaulah yang menyampaikan Al-Qur’an.
‘Abdullah bin Mas’ud berkata, ”Barangsiapa yang mencintai Al-Qur’an, maka ia akan cinta kepada Allah dan RasulNya.” (At Thabrani, no. 8658)
Semoga kita menjadi hamba-hamba yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Wallahu a’lam. (AM).