Kemajuan Teknologi di Dunia Islam

Ilustrasi: Artificial Intelligence.
Artificial Intelligence (AI) adalah kecerdasan buatan atau teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia dan memungkinkan komputer untuk belajar dari pengalaman, mengidentifikasi pola, membuat keputusan, dan menyelesaikan tugas-tugas kompleks dengan cepat dan efisien.
AI juga memiliki beberapa kelebihan yang membuatnya menjadi teknologi yang sangat menjanjikan di berbagai bidang yaitu kemampuan analitik, efisiensi tinggi, pembelajaran mandiri dan pengambilan keputusan yang objektif. Meskipun memiliki banyak kelebihan, AI ternyata memiliki beberapa kekurangan yaitu ketergantungan pada data, keterbatasan pemahaman konteks, keamanan dan privasi, penggantian pekerjaan manusia.
Sungguh miris, seharusnya teknologi itu bisa membantu menjalani kehidupan agar kesejahteraan dan peradaban manusia makin tinggi. Namun, yang terjadi saat ini justru teknologi yang diadopsi banyak membawa masalah yang tak kunjung terselesaikan. Banyak persoalan baru yang muncul dikarenakan kebijakan yang diterapkan bersandar pada tren global dan keinginan untuk menjadi modern saja. Kita menjadi salah arah dalam menentukan langkah. Kita juga berlarut larut dalam permasalahan karena standar kemajuan kita diukur dengan sekedar pencapaian fisik dan penggunaan teknologi.
Dalam menghadapi kemajuan teknologi, Islam menggunakan ukuran dasar berupa tercapainya tujuan bernegara yaitu menyejahterakan setiap individu, terciptanya ketenangan stabilitas dan meninggikan peradaban. Teknologi dalam Islam akan digunakan semaksimal mungkin jika terbukti membawa kemaslahatan umat.
Sebuah teknologi akan begitu diseleksi terkait dampak yang dihasilkan jika digunakan, bukan sekadar diadopsi untuk terlihat prestisius tanpa memikirkan dampak yang serius. Islam juga agama yang sangat terbuka dengan kemajuan teknologi hingga Islam akan mendorong umat untuk selalu berinovasi dan mengembangkan pengetahuan untuk terciptanya sesuatu yang bisa bermanfaat bagi kehidupan dengan memberikan fasilitas yang dibutuhkan.
Pasalnya bagi masyarakat Islam, robot dan teknologi bukanlah hal baru. Pada abad 13 M, dunia Islam telah mampu menguasai teknologi robot. Al-Jazari, salah satunya. Ia seorang insinyur Muslim jenius yang telah berhasil merancang dan menciptakan aneka bentuk robot pada masa itu hingga ia dijuluki oleh masyarakat sains modern sebagai ‘Bapak Robot’.
Bahkan, peradaban Islam lebih maju tiga abad dalam teknologi robot saat Leonardo Da Vinci baru merancang pembuatan robot di tahun 1478, itu pun baru sebatas bentuk desain di kertas. Peradaban Islam juga perintis dalam bidang teknologi automata, yaitu sebuah mesin yang dapat berjalan sendiri/self operating.
Di masa Turki Utsmani 1889, juga telah diciptakan sebuah robot yang bernama ‘Alamet’ yang dapat berfungsi sebagai pemutar jam dan muadzin. Alamet juga dapat berjalan sejauh setengah meter, mempersiapkan busur senjata, melakukan gerakan shalat (ruku’), berdiri, berbaring dan kembali ke tempat ia memulai.
Waktu itu, Sultan Abdul Hamid II menghadiahkan Alamet kepada maharaja Jepang, dan inilah awal yang menginspirasi Jepang hingga mampu menjadi produsen robot dunia karena menyalin teknologi Alamet (Roboratory Tangerang).
Sungguh sebuah anggapan yang keliru saat orang mengatakan Islam tak suka kemajuan dan akan mengalami kemunduran jika kita tetap konsisten dengan Islam sebagai keyakinan. Justru dengan Islam kita akan bisa mengukir tingginya peradaban yang gemilang tapi dengan catatan disertai agama dalam kehidupan.[]
Anisa Salsabila, Aktivis Dakwah tinggal di Depok.