Empat Keutamaan Bulan Muharram

 Empat Keutamaan Bulan Muharram

Oleh:

KH Bachtiar Nasir

 

MUHARRAM merupakan bulan pertama dalam sistem penanggalan umat Islam yang dinamakan dengan tahun hijriyyah. Bulan Muharram memiliki beberapa keistimewaan, di antaranya adalah:

Pertama, Muharram adalah salah satu dari empat bulan haram dalam Islam yang pada bulan-bulan itu diharamkan untuk berperang.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (Surat at-Taubah: 36).

 Dalam hadits juga diriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

“Sesungguhnya zaman telah beredar sebagaimana yang ditentukan semenjak Allah menciptakan langit dan bumi. Dalam setahun terdapat dua belas bulan diantaranya empat bulan haram; tiga bulan diantaranya berurutan, (keempat bulan haram itu adalah) Dzulqa’dah, Dzulhijjah Muharram dan Rajab bulan Mudhar yang berada diantara Jumada (Akhirah) dan Syaban.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menisbatkan bulan Muharram ini kepada Allah SWT dengan menyebutnya sebagai Syahrullah (bulan Allah). Perlu diketahui, sesuatu yang dinsibatkan kepada Allah menunjukkan bahwa ia sesuatu yang agung dan mulia.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ. رواه مسلم

“Dari Abu Hurairah ra berkata: Rasulullah SAW bersabda: Sebaik-baiknya puasa setelah puasa Ramadan adalah puasa di bulan Allah Muharram dan sebaik-baik sholat setelah sholat wajib adalah shalat malam.” (Riwayat Muslim).

Adapun kenapa hanya bulan Muharram saja yang dinisbatkan kepada Allah, Imam Suyuthi dalam syarahnya terhadap Shahih Muslim menjelaskan bahwa bahwa hanya bulan Muharram saja yang namanya Islami sedangkan bulan-bulan lainnya adalah nama-namanya yang berasal dari zaman jahiliyyah sebelum Islam datang. Adapun nama Muharram pada masa jahiliyyah adalah Shafar al-awwal, ketika Islam datang Allah menamakannya dengan bulan Muharram.

Ketiga, sebagaimana yang ditegaskan dalam hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam di atas bahwa sangat dianjurkan untuk memperbanyak puasa di bulan Muharram karena puasa pada bulan ini adalah sebaik-baik puasa setelah puasa pada bulan Ramadhan.

Keempat, pada bulan Muharram ini juga ada suatu hari yang kita umat Islam sangat dianjurkan untuk berpuasa, yaitu hari ‘Asyura. Bahkan sebelum puasa Ramadan diwajibkan maka terlebih dahulu umat Islam diwajibkan puasa hari ‘Asyura.

 ما رواه عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن أهل الجاهلية كانوا يصومون يوم عاشوراء ، وأن رسول الله صلى الله عليه وسلم صامه والمسلمون ، قبل أن يفترض رمضان ، فلما افترض رمضان قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : إن عاشوراء يوم من أيام الله ، فمن شاء صامه ، ومن شاء تركه.

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar bahwa umat jahiliyyah berpuasa pada hari ‘Asyura dan Rasulullah SAW bersama kaum muslimin juga berpuasa pada hari itu sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan. Ketika puasa Ramadhan diwajibkan Rasulullah bersabda: Sesungguhnya ‘Asyura adalah hari dari hari-hari Allah maka barangsiapa yang ingin berpuasa pada hari itu maka berpuasalah dan brangsiapa yang yang tidak ingin puasa maka tidak apa-apa meninggalkannya (Riwayat Muslim dan Ahmad).

عن ابن عباس رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود صياماً يوم عاشوراء، فقال لهم رسول الله صلى الله عليه وسلم: “ما هذا اليوم الذي تصومونه؟” فقالوا: هذا يوم عظيم أنجى الله فيه موسى وقومه، و أغرق فرعون وقومه، فصامه موسى شكراً، فنحن نصومه، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “فنحن أحق وأولى بموسى منكم” فصامه رسول الله صلى الله عليه وسلم وأمر بصيامه”، متفق عليه

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra.  bahwa Ketika Nabi SAW datang ke Madinah dan menemukan kaum Yahudi berpuasa pada hari ‘Asyura maka Nabi bertanya: Hari apakah ini yang kalian berpuasa pada hari ini? kaum Yahudi menjawab: hari ini adalah hari yang agung, di mana pada hari inilah Allah menyelamatkan Musa dan umatnya serta menenggelamkan Firaun dengan pengikutnya, maka Musa berpuasa pada hari ini sebagai rasa syukur dan kami juga berpuasa. Rasulullah SAW bersabda: Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa daripada kalian. Maka Rasulullah berpuasa pada hari ‘Asyura tersebut dan menyuruh umat Islam untuk berpuasa pada hari itu. (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Untuk membedakan kita dari umat Yahudi, maka Rasulullah menyuruh kita untuk berpuasa juga pada tanggal 9 Muharram.

عن ابن عباس رضي الله عنهما أنه قال : حين صام رسول الله صلى الله عليه وسلم يوم عاشوراء وأمر بصيامه ، قالوا : يا رسول الله ! إنه يوم تعظمه اليهود والنصارى ، فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإذا كان العام المقبل ، إن شاء الله ، صمنا اليوم التاسع. قال : فلم يأت العام المقبل حتى تُوفي رسول الله صلى الله عليه وسلم.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata: Ketika Rasulullah SAW. berpuasa dan menyuruh umat Islam untuk berpuasa pada hari ‘Asyura, para sahabat berkata: “Ya Rasulullah sesungguhnya hari Asyura itu adalah hari yang diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani, maka Rasulullah SAW. bersabda: ”Insya Allah untuk tahun depan kita juga berpuasa pada hari ke sembilan”. Belum datang tahun depan, Rasulullah SAW sudah wafat. (Riwayat Muslim).*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

4 × three =