Lailatul Qadar: Keutamaan, Waktu dan Cara Mendapatkannya

Ilustrasi: Kompleks Masjidil Aqsha di malam hari.
KEUTAMAAN malam itu besar sekali, karena ia menyaksikan turunnya Al-Qur’anul Karim, yang memimpin orang berpegang teguh padanya ke jalan kemulaan dan keagungan dan mengangkatnya ke puncak ketinggian dan keabadian.
Umat Islam yang mengikuti jejak dan suri teladan Rasululah Saw setapak demi setapak, selangkah demi selangkah, tidak usah mengibarkan bendera atau membangun gapura dalam menyambut datangnya malam itu, akan tetapi berlomba-lomba bangun malam dengan penuh keimanan dan keikhlasan.
Keutamaannya
Pengakuan Al-Qur’ anul Karim tentang keutamaan malam itu sudah cukup jelas:
“Sesungguhnya telah kami turunkan (Al-Qur’an) pada lailatul qadar. Tahukah engkau, apakah lailatul qadar itu? Lailatul qadar (malam qadar) itu lebih baik dari pada seribu bulan. Pada malam itu para malaikat dan ruh (Jibril) turun dengan izin Rab mereka untuk mengatur berbagai urusan. Selamatlah pada malam itu, hingga terbitnya fajar.” (QS. Al-Qadar 1-5)
Pada malam itu segala urusan berhasil dipecahkan dengan bijaksana:
“Sesungguhnya Kami menurunkan (Al-Qur’an) pada malam yang berkeberkatan, sesungguhnya Kami (dengan itu) memberi peringatan kepada umat manusia. Pada malam itu segala urusan berhasil dipecahkan dengan bijaksana. Perintah dari Kami, sesungguhnya Kami mengirimkan beberapa banyak perutusan.” (QS. Ad-Dukhan 3-6)
Waktunya
Keterangan paling tepat mengenai waktunya pada hari-hari ganjil pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, seperti yang diisyaratkan oleh Aisyah ra. Ia berkata: “Rasulullah Saw selalu beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan bersabda: ‘dapatkanlah lailatul qadar pada hari-hari ganjil pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan.’ (HR. Bukhari)
Bagi seorang hamba yang lemah atau tidak mampu, supaya jangan sampai tidak berusaha pada ketujuh terakhir itu, seperti yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar. Ia berkata, Rasulullah Saw bersabda, “Dapatkanlah pada sepuluh hari terakhir, kalau salah seorang dari kalian tidak sanggup, jangan sampai tidak berusaha pada ketujuh sisanya itu.” (HR. As-Syaikhan)