Ibadah dalam Kehidupan Manusia

 Ibadah dalam Kehidupan Manusia

Ilustrasi: Sujud

Oleh:

Dr. KH. Zakky Mubarak, MA

SALAH satu tujuan diciptakannya manusia adalah agar mereka beribadah dan mengabdi kepada Allah s.w.t.. Dalam konsep ajaran Islam, ditengarai bahwa setiap makhluk itu melaksanakan ibadah tasbih dan berzikir kepada Allah s.w.t., termasuk malaikat, jin, alam jamadi atau benda mati, alam nabati atau flora, alam hewani atau fauna, dan alam insani atau manusia. Semua makhluk memiliki cara-cara beribadah yang telah ditetapkan untuk mereka. Hanya saja, kita tidak mengetahui cara-cara ibadah makhluk selain manusia tersebut.
Al-Qur’an menyebutkan bahwa jin dan manusia beribadah kepada Allah, sebagai tujuan dari penciptaannya.

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (QS. Al-Dhariyat, 51:56).

Tata cara ibadah para malaikat banyak disebutkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah. Sebagian dari mereka ada yang berdiri terus menerus untuk melakukan ibadah. Ada yang melaksanakan rukuk, ada yang sujud, ada yang bertasbih, ada yang bertakbir, dan berbagai kegiatan ibadah lainnya dijelaskan al-Qur’an:

ٱلَّذِينَ يَحۡمِلُونَ ٱلۡعَرۡشَ وَمَنۡ حَوۡلَهُۥ يُسَبِّحُونَ بِحَمۡدِ رَبِّهِمۡ وَيُؤۡمِنُونَ بِهِۦ وَيَسۡتَغۡفِرُونَ لِلَّذِينَ ءَامَنُواْۖ رَبَّنَا وَسِعۡتَ كُلَّ شَيۡءٖ رَّحۡمَةٗ وَعِلۡمٗا فَٱغۡفِرۡ لِلَّذِينَ تَابُواْ وَٱتَّبَعُواْ سَبِيلَكَ وَقِهِمۡ عَذَابَ ٱلۡجَحِيمِ

(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala, (QS. Ghafir, 40:07).

Mengenai ibadah, zikir, takbir, dan tasbih yang dilakukan oleh makhluk nyata selain manusia, disebutkan dalam al-Qur’an:

تُسَبِّحُ لَهُ ٱلسَّمَٰوَٰتُ ٱلسَّبۡعُ وَٱلۡأَرۡضُ وَمَن فِيهِنَّۚ وَإِن مِّن شَيۡءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهِۦ وَلَٰكِن لَّا تَفۡقَهُونَ تَسۡبِيحَهُمۡۚ إِنَّهُۥ كَانَ حَلِيمًا غَفُورٗا

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Isra, 17:44).

Isyarat al-Qur’an mengenai makhluk nyata selain manusia yang melakukan berbagai macam kegiatan ibadah, banyak disebutkan dalam berbagai ayat-Nya.

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah, 02:74).

Dalam ayat lain ditegaskan bahwa sekiranya al-Qur’an itu diturunkan kepada gunung, pasti gunung itu akan tunduk hancur bekeping-keping karena takut kepada Allah.

لَوۡ أَنزَلۡنَا هَٰذَا ٱلۡقُرۡءَانَ عَلَىٰ جَبَلٖ لَّرَأَيۡتَهُۥ خَٰشِعٗا مُّتَصَدِّعٗا مِّنۡ خَشۡيَةِ ٱللَّهِۚ وَتِلۡكَ ٱلۡأَمۡثَٰلُ نَضۡرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ

Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al-Hasyr, 59:21).

Dari keterangan di atas disebutkan bahwa semua itu merupakan perumpamaan bagi manusia, agar umat manusia menggunakan akal pikirannya secara maksimal. Dengan menggunakan akal dan pikirannya secara maksimal, maka mereka akan memahami ayat-ayat Allah, dan menghayati keagungan-Nya. Dialah yang Maha Esa dan Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Ibadah secara garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu ibadah Mahdlah atau ibadah khusus dan ibadah Ammah atau ibadah umum, disebut juga ibadah sosial. Ibadah khusus misalnya shalat, zakat, haji, shiyam, dan sebagainya. Ibadah umum atau ibadah sosial mencakup banyak sekali macam dan ragamnya, seperti kegiatan sosial, saling membantu sesama, kegiatan ekonomi, politik, kebudayaan, dan peradaban.

Segala aktivitas umat manusia yang dilakukan dengan berpedoman pada tuntunan ajaran agama, adalah termasuk ibadah. Seorang mahasiswa yang berangkat ke kampusnya dengan tujuan mencari ilmu yang bermanfaat, atau seorang pegawai, petani, nelayan, karyawan, dan sebagainya dengan niat mencari nafkah yang baik bagi kehidupan keluarganya dan masyarakat secara umum, merupakan bagian dari ibadah sosial.

Ibadah sosial pada saat tertentu karena berkaitan dengan hal yang sangat penting bisa mengalahkan ibadah mahdlah dari segi keutamaannya. Seseorang yang melaksanakan ibadah haji disebutkan dalam hadits akan diberi balasan dengan kebahagiaan syurga. Sedangkan orang-orang yang menyantuni dan memelihara anak yatim, bukan saja akan memperoleh kebahagiaan di syurga, bahkan mereka masuk ke dalam syurga bersama Nabi s.a.w..

Beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Pemelihara anak yatim itu masuk syurga berdampingan dengan Nabi, dijelaskan dalam hadits:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ

Haji yang mabrur tidak ada yang lain balasannya kecuali syurga. (HR. Ahmad, 7554).

أنا وَكافلُ اليتيمِ كَهاتَيْنِ في الجَنَّةِ وأَشارَ بالسَّبَّابَةِ والْوُسْطَى

Aku dan pemelihara anak yatim, adalah seperti ini di syurga, beliau mengisyaratkan dengan jari telunjuk dan jari tengah. (HR. Tirmidzi, 1918).

Mereka yang berjihad di jalan Allah, berperang di medan laga sangat berat pengorbanannya. Mereka berjuang dengan tenaga, harta dan jiwanya dalam rangka membela kebenaran dan keadilan. Betapa besarnya balasan kebaikan dari Allah s.w.t. untuk para mujahid tersebut. Meskipun demikian, ada yang mengimbangi pahala mereka, yaitu orang-orang yang masuk keluar kampung, memasuki lorong-lorong kecil, sambil memberikan bantuan untuk mereka yang amat sangat membutuhkan. Orang-orang ini memiliki kedudukan yang sederajat dengan para mujahid yang berjuang di medan laga. Nabi bersabda:

السَّاعِي علَى الأرْمَلَةِ والمِسْكِينِ، كالْمُجاهِدِ في سَبيلِ اللَّهِ، أوِ القائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهارَ.

Orang yang berkeliling menemui para janda dan orang-orang miskin (memberikan bantuan untuk mereka) adalah seperti orang yang berjuang di jalan Allah atau seperti orang yang terus menerus melakukan shalat malam, dan berpuasa pada siang hari. (HR. Bukhari, 5353, Muslim, 2982).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − 13 =