Menghafal Al-Qur’an Disertai Ilmu dan Amal

 Menghafal Al-Qur’an Disertai Ilmu dan Amal

Ilustrasi: Santri membaca Al-Qur’an.

SETELAH membaca Al-Qur’an, maka hal kedua yang harus dilakukan seorang mukmin adalah menghafal Al-Qur’an. Baik sebagian maupun keseluruhannya. Demikian disampaikan oleh Syekh Said Hawwa dalam kitabnya, “Jundullah: Tsaqafatan wa Akhlaqan.”

Dalam kitabnya itu, Syekh Said Hawwa banyak menukil berkaitan dengan hal ini. Di antaranya:

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Abu Dawud, Imam at-Tirmidzi, Imam Muslim, dan Imam an-Nasa’i dari Utsman dari Rasulullah Saw, beliau bersabda, “Sebaik-baiknya kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya.”

Baca juga: Khatamkan Al-Qur’an Minimal Sekali Sebulan

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang tidak terdapat dalam hatinya sedikitpun bacaan Al-Qur’an, dia ibarat rumah yang telah rusak.”

Dari riwayat Imam at-Tirmidzi dan Abu Dawud dari Ibnu Amr bin Ash dengan hadits yang marfu’ dikatakan kepada orang yang menghafal Al-Qur’an kelak di akhirat nanti akan dikatakan kepadanya, “Bacalah Al-Qur’an sebagaimana kamu membacanya di alam dunia. Derajat kamu di akhirat adalah sampai batas akhir ayat yang kamu baca.”

Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ali r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an dan melantangkan bacaannya, lalu la menghalalkan apa yang telah dihalalkan Al-Qur’an dan mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah niscaya akan memasukkannya ke dalam surga serta memberikan syafaat bagi sepuluh orang anggota keluarganya yang sudah diputuskan akan masuk neraka.”

Imam at-Tirmidzi meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Pelajarilah dan bacalah Al-Qur’an, serta laksanakanlah shalat dengan membacanya. Karena, perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur’an dan membacanya serta shalat dengan membaca Al-Qur’an adalah ibarat kantong kulit yang berisikan minyak wangi yang aromanya akan merebak ke semua tempat. Sedangkan perumpamaan orang yang mempelajari Al-Qur’an, dan ia terus menghafalnya sampai kondisi tertidur, maka ia ibarat kantong kulit yang diolesi dengan minyak wangi.”

Baca juga: Keutamaan Membaca Al-Qur’an

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abi Abdurrahman as-Salami, “Diceritakan kepada kami oleh para sahabat Nabi yang mengajari kami membaca Al-Qur’an bahwa mereka (para sahabat Nabi) sering mempelajari dari Rasulullah Saw sepuluh ayat, dan mereka tidak mempelajari sepuluh ayat berikutnya sebelum mengetahui ilmu yang dikandung oleh sepuluh ayat itu.” Abi Abdurrahman as-Salami berkata, “Makanya kami telah mempelajari ilmu dan amal.”

Ibnu Umar r.a. berkata, “Dahulu, pada masa Nabi Saw masih hidup, saya mendapati bahwa orang-orang muslim kala itu lebih menomorsatukan keimanan daripada Al-Qur’an. Ketika diturunkan ayat-ayat Al-Qur’an kepada Muhammad Saw., kami sama-sama mempelajari darinya hukum halal-haram dan perkara- perkara yang harus kami renungkan. Selang beberapa saat kemudian saya menyaksikan orang-orang lebih menomorsatukan Al-Qur’an daripada keimanan. Lalu mereka membaca seluruh surah Al-Qur’an, dari Faatihah sampai akhir Al-Qur’an, namun mereka tidak mengetahui apa yang menjadi perintah Al-Qur’an dan apa yang menjadi larangannya serta di bagian mana ia mesti berhenti sejenak seperti mereka yang memilah kurma yang mutunya jelek. (HR At-Thabrani). []

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

twelve + 5 =