Tips Dapatkan SIM, Surat Izin Menikah
CIVILITA.COM – Maaf bukan menakuti, tapi ini fakta, ketika keinginan nikah sudah bercampur bulat dengan kebutuhan dan kesiapan, tapi masih ada satu langkah lagi, yakni belum mendapat ijin dari orang tua. Positif thinking saja, untuk mendapatkan kesenangan (baca: nikah), memang butuh perjuangan.
Menaklukan orang tua untuk mendapatkan SIM surat ijin menikah, ini memang tidak susah, jikalau sejak awal kita sudah siapkan sosialiasi kepada ortu kita. Tapi jika akhirnya belum, ya berarti sekarang juga harus disiapkan. Berikut ini tips menaklukkan ortu untuk dapatkan SIM, surat ijin menikah.
Pertama: Jaga komunikasi dengan mereka, dimanapun kita berada. Menjaga komunikasi ini memang tidak mudah, sebab kadang ego lebih terdepan daripada rasa simpati, empati dan kasih sayang. Bisa dibilang terlambat, jika jelang pernikahan, kita baru ngobrol ke ortu. Buat yang jelang pernikahan, baru ngobrol, maka tidak ada cara lain. Mulai sekarang juga, Harus berani dan kudu berani dimulai. Ingatlah langkah besar selalu dimulai dari langkah pertama. Pernikahan adalah langkah besar, komunikasi dengan ortu adalah langkah pertamanya.
Jangan pernah membuat ortu kaget dengan rencana kita yang begini dan begitu, karena kita mengabaikan komunikasi dengannya. Jaga komunikasi ini penting, karena bukan hanya ortu saja yang kita harap mendengar kita, tapi ortu berharap kita pun juga mendengar ortu. Kita boleh saja punya rencana ini dan itu, tapi apa kita pernah dengar rencana ortu terhadap kita? Bisa jadi mereka juga punya rencana buat kita.
Kedua, Santun komunikasi. Orang tua seberapapun mungkin jauhnya pemahaman agamanya dari kita, kita tetap harus santun. Komunikasi ini bisa jadi masalah tersendiri, diantaranya ketika sering berseberangan pendapat dengan ortu.
“Jangan kamu katakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan jangan kamu bentak mereka, ucapkan perkataan yang qaulan kariiman”.
Sampaikan gambaran keinginan pernikahan kita, jika muncul pertentangan, tetaplah santun kepadanya. Jika bahasa santun bisa kita utarakan maka akan terhindari dari perdebatan. Bisa menjauhkan reaksi emosional dan ego.
Ketiga, Pilih cara komunikasi. Jika lidah terasa keluh, bisa kita pilih cara komunikasi dengan ortu. Bisa “pinjam mulut”, atau “lewat tulisan”. Cara “pinjam mulut” dipakai, jika memandang ada orang yang lebih didengarkan perkataannya oleh artu kita. Pilih yang bisa kita “pinjam mulut”. Bisa saudara tua kita (kakak), sudara tua ortu kita (paman, bibi), tetua di kampung (ustad, kyai). Cara “lewat tulisan” bisa ditempuh, jika kita ada halangan komunikasi lisan dan justru lihai pakai tulisan.
Keempat, Kuasai simpul komunikasi. Di antara saudara kita, saudara orang tua kita, biasanya ada yang lebih intens komunikasi. Di antara keluarga kita, biasanya ada yang dominan dalam komunikasi dan memimpin. Rebutlah hati orang tersebut, sebagai jalan mudah ke hati ortu. Ajaklah orang-orang dekat ortu untuk dukung langkahmu, dukung suaramu. Minta ke Allah, agar hati mereka luluh dan ridha. [lukyrouf]