Mau Nikah, Pilih Gadis atau Janda?
LELAKI yang hendak menikah, kadang dihadapkan pada pilihan yang agak sulit. Pilih gadis atau janda. Pilihan atas hal ini akan berpengaruh pada kehidupan rumah tangga pasca pernikahan dan anak keturunan mereka. Karena itu, baik memilih gadis atau janda, hal itu juga harus dikembalikan kepada aturan Islam.
Dr. Abdullah Nashih ‘Ulwan, melalui bukunya “Adab al-Khitbah wa az-Zifaf wa Huququ az-Zaujain” (Tata Cara Meminang dalam Islam, Qisthi Press, 2006), memberikan panduan terkait masalah ini.
Menurutnya, Islam memberikan petunjuk agar dalam menikahi seorang wanita, hendaknya mengutamakan seorang gadis daripada seorang janda.
Petunjuk ini, lanjut Dr. Abdullah, mengandung hikmah yang mendalam. Karena seorang gadis, apabila dinikahi, akan menjadi seorang istri yang melayani suaminya dengan kemesraan, kasih sayang dan keramahan yang lebih dibanding seorang janda. Alasannya, seorang janda akan memperbandingkan keadaan suaminya yang sekarang dengan bekas suaminya yang terdahulu.
Hal ini tidak aneh. Sebab Siti Aisyah r.a. telah menjelaskan mengenai hal itu. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari diceritakan bahwa pada suatu saat Aisyah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah Saw. Katanya, “Wahai Utusan Allah! Bagaimana pandanganmu seandainya engkau mendatangi suatu lembah, di sana terdapat tanaman yang pernah dimakan sebagian, sedang tanaman lainnya sama sekali belum pernah dimakan. Di manakah engkau akan menggembalakan untamu?”
“Di tempat yang belum pernah dijadikan penggembalaan,” jawab Nabi kemudian. Maka Aisyah segera menimpali, “Itulah diriku!”
Pernyataan Aisyah itu mengisyaratkan betapa utamanya seorang istri yang masih gadis dibandingkan dengan yang sudah menjadi janda. Dan di antara semua istri Nabi, hanya Aisyahlah satu-satunya yang ketika dinikahi masih dalam keadaan gadis.
Juga dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Baihaqi, Rasulullah Saw bersabda: “Usahakanlah mengawini gadis! Karena kata-katanya enak didengar, rahimnya masih utuh, jarang berkhianat dan mudah menerima.”
Pada kesempatan lainnya, beliau menasihati sahabat Jabir untuk mengawini gadis karena akan semakin menambah rasa kasih sayang dan memperkuat benteng pertahanan diri. Pada saat itu, beliau menemui Jabir sekembalinya dari Perang Dzaturiqa’.
“Hai Jabir! Apakah engkau sudah kawin?” tanya Nabi. “Sudah, ya Rasulullah!” jawab Jabir. “Dengan janda ataukah dengan gadis?”