Ketika Perhiasan Terbaik Menjadi Fitnah Nomor Wahid
Oleh: Rizki Rahmayani (Mahasiswa STEI Hamfara Yogyakarta)
Wanita, hadirnya selalu tampak indah. Tutur katanya lembut mempesona. Sentuhannya selalu penuh makna. Begitu indah, hingga dunia memberi perhatian lebih kepada satu ciptaan Tuhan ini. Bahkan Rasulullah pernah bersabda “ Sebaik-baiknya perhiasan di dunia adalah wanita sholehah” Sungguh sebuah pujian yang begitu menawan. Namun di lain waktu Rasullah juga pernah bersabda “Fitnah terbesar didunia adalah wanita”
Ada apa dengan dua hadits diatas…? Mengapa dua hadits di atas terkesan bertentangan..? Adakah yang salah..? Tentu tidak karena keduanya adalah perkataan mulia yang keluar dari lisan Rasulullah SAW. Wanita adalah sebuah perhiasan terbaik, sebagaimana perhiasan, maka ia tidak dimiliki oleh sembarang orang, tidak dipajang di sembarang tempat dan tidak dapat disentuh sembarang orang. Oleh karenanya ia dilindungi di dalam kotak kaca, sebagian justru disimpan dalam kotak indah dengan balutan kain dan bantalan busa didalamnya.
Begitulah seharusnya waita, ia mulia karena ia terjaga. Ia terjaga dengan balutan jilbab (gamis) dan kerudung yang menutupi keindahannya yang terlalu mahal untuk dijajakan. Ia mulia karena ia ghadul bashar (menundukkan pandangan), ia mulia karena ia menjaga dirinya dari interaksi yang tidak dibenarkan seperti berkhalwat (berdua-duan tanpa mahram) dan ikhtilat (campur baur antara laki-laki dan perempuan tanpa ada kepentingan yang dibenarkan syara’) .
Begitulah sosok perhiasan terindah, sosok muslimah yang seharusnya. Keindahannya tidak mengundang lelaki untuk menatapnya lamat-lamat, justru membuat ia dihargai dan dihormati. Ia menjaga dirinya juga menjaga keluarganya dari api neraka, ia membantu para lelaki untuk menjaga pandangannya, bahkan ia menjadi tonggak peradaban yang darinya lahir generasi-generasi emas yang ditempa hanya dengan islam. Generasi yang akan membangun peradaban islam yang cemerlang dengan tegaknya sistem kehidupan islam secara menyeluruh. Fatimah binti Ubaidillah adalah salah satu contoh perhiasan dunia yang menawan, ia sosok yang sholehah, kuat dan cerdas darinya lahir Imam As-Syafi’i seorang ulama besar yang namanya tersohor sampai sekarang.
Namun seiring berjalannya waktu, gelar wanita sebagai sebaik-baiknya perhiasan dunia, perlahan hilang. Ia tak lagi menjadi barang antik yang terjaga, lihatlah kini keindahannya menjadi tontonan gratis. Kemuliannya tak lagi terjaga karena hijabnya telah ia tanggalkan. Jilbab dan kerudung tak lagi menjadi pembungkus keindahan dan penunai kewajibannya. Ghadul bashar tak lagi jadi kebiasaannya. Menghindari khalwat dan ikhtilat tak lagi menjadi pilihannya. Hingga hilanglah iffah dan izzahnya. Sampai ia kini menjadi tontonan dan rebutan lelaki yang tak halal baginya.
Wajarlah jika kini cap wanita sebagai fitnah dunia semakin tampak nyata. Keindahannya mengundang dosa, tidak hanya bagi diri sendiri, namun bagi ayah dan saudara laki-laki yang menanggung dosanya ketika tidak menutup aurat, menambah dosa lelaki yang seharusnya tak memandangnya dengan syahwat, namun apa daya jika keindahan sudah terumbar di depan mata, apa mau dikata…? Ia juga menjadi perusak peradaban karena kesibukannya yang akhirnya melalaikan anak dan rumah tangganya, hingga anak kurang perhatian dan generasi yang lahir menjadi jauh dari harapan karena kurangnya pembinaan dengan keislaman. Jadilah peradaban rusak nan kelam.
Beginilah, mari pilih jalanmu wahai sahabat muslimah, menjadi sebaik-baik perhiasan dunia atau menjadi fitnah nomor wahid…? Pilihan ada ditanganmu, mari tentukan langkah…! Selangkah salah didunia, maka bersiaplah siksaan menanti. Renungkan dan pikirkanlah…!
[civilita/haruntsaqif]