Jangan Kau Samakan Hijabmu dengan Tudung Saji
Oleh : Dwi Sarni
( Aktivis Remaja Muslimah Jakarta Utara)
Beberapa hari terakhir jagat dunia hiburan tanah air heboh dengan keputusan Rina Nose yang melepas hijabnya. Presenter yang juga jago bernyanyi itu tampil memandu acara dengan rambutny yang terbuka, sontak membuat para fans kaget. Ia juga sempat mengunggah foto dirinya dengan rambut terurai diakun instagram pribadinya. Netizen banyak yang penasaran hingga membuat berita tentang Rina ini menjadi trending topic.
Ramzi, sahabat sekaligus rekan kerja Rina memberikan pendapatnya, menurutnya Rina mendapatkan pandangan – pandangan baru setelah ia berkunjung ke beberapa Negara. Dan itu yang menjadi salah satu faktor penyebabnya.
Sahabatnya yang lain yaitu Irfan Hakim juga sempat angkat bicara, Irfan mengaku bahwa dirinya dan teman yang lain sudah mencoba mengingatkan dan menasihati Rina. Pembawa acara Hafiz Quran cilik ini menuturkan “mengingatkan sudah, menasihati sudah, melarang dan kecewa itu bukan kapasitas saya”.
Perempuan manis berdarah sunda ini bukan satu – satunya artis yang memutuskan membuka hijabnya. Marshanda, penyanyi senior Tri Utami dan Reza Artamevia pun sudah melakukan hal serupa. Artis dan selebriti selalu menjadi sorotan dan secara tidak langsung menjadi tuntunan bagi pemirsa setianya. Dikhawatirnya muslimah lainnya akan mengikuti tindakannya tersebut.
Demikianlah kondisinya bila Pandangan dari Tsaqofah asing sudah bercokol dalam diri seorang muslim, terkikis habis pemahaman dari tsaqofah Islamnya . Kebenaran lain yang dianggap benar bisa menggerus keimanan dari kebenaran Islam. Sehingga remeh terhadap hukum syara. Muslimah melepas hijabnya tanpa beban. Menyamakan hijabnya seperti tudung saji makanan, bisa dibuka dan ditutup tanpa ketentuan. Padahal kewajiban berhijab bagi kaum muslimah sama halnya dengan kewajiban menjalankan ibadah shalat fardhu. Jika ditinggalkan maka ia berdosa.
Ingatkah kita pada kisah di zaman Rasulullah? dahulu ada wanita berkulit hitam datang pada Rosululloh Muhammad, ia mengadu bahwa dirinya mempunyai penyakit ayan. Jika kambuh sakit ayannya auratnya terbuka. Ia minta kepada Rosululloh untul mendoakan dirinya supaya sembuh. Kala itu Rosululloh menjawab “jika kau bersabar maka syurga bagimu”
Si wanita berkata bahwa ia akan bersabar, namun tetap minta didoakan agar auratnya tidak tersingkap saat ayan itu datang. Ia sungguh takut dan merasa berdosa, ia tidak ingin auratnya terlihat walaupun itu tidak sengaja.
Ada pula kisah, ada seorang wanita muslim lengkap dengan jilbab dan khimarnya yang panjang datang ke pasar. Namun di pasar tersebut ia dilecehkan, pedagang dari Bani Qoinuqa berusaha menyingkap kerudung wanita tersebut. Peristiwa itu terdengar oleh Rosululloh. Seketika Rosulullah mengirim pasukan ke tempat kejadian perkara.
Rosulullah bersabda :
“Wahai Asma ! Sesungguhnya wanita jika sudah baligh maka tidak boleh nampak dari anggota badannya kecuali ini dan ini (beliau mengisyaratkan ke muka dan telapak tangan).
[HR. Abu Dâwud, no. 4104 dan al-Baihaqi, no. 3218]
Hadist tersebut jelas memaparkan aurat yang harus tertutup, tidak boleh nampak kecuali wajah dan telapak tangan. Maka secara otomatis laki-laki yang bukan mahram pun haram melihatnya.
Jadi bila muslimah tidak menutup aurat bukan hanya diri muslimah itu sendiri yang berdosa, laki-laki yang memandangnya pun iya.
Mengapa di masa lalu para muslimah menutup rapat auratnya, bahkan para pemimpinnya ikut melakukan penjagaan terhadapnya?
Perkara ini bukan semata karena tradisi yang dilakukan saat zaman Rasulullah, tapi lebih dari itu. Islam memerintahkan kepada seluruh muslimah untuk menutup auratnya.*dalil alqur’an*
Allah berfirman :
“…Dan hendaklah mereka (perempuan mukmin) menutupkan kain kerudung hingga ke dada…”
(QS. Annur Ayat : 31)
Allah juga berfirman :
“… Hendaklah mereka (perempuan mukmin) menjulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh, supaya mereka mudah dikenal sehingga tidak diganggu… “
(QS. Al-Ahzab Ayat : 59)
Pelarangan mengumbar aurat ini bukanlah bentuk pengekangan terhadap perempuan melainkan bentuk penjagaan kemuliaan perempuan supaya terhindar dari pelecehan dan tindakan sewenang-wenang lainnya yang pada saat ini marak terjadi.
Dalam islam pemimpin dan pemerintah bukan hanya mengurusi masalah ekonomi rakyatnya saja namun ikut serta berperan dalam penjagaan ketaatan individu dalam masyarakat.
Sementara saat ini pemimpin justru menjamin kebebasan individu. Kebebasan beragama, kebebasan berpendapat dan kebebasan lainnya walaupun kebebasan tersebut tidak sesuai dengan Islam.
Alangkah indahnya jika kita hidup sesuai teladan Rasulullah. Pola kepemimpinan mencontoh kepada Rasulullah. Termasuk menjadikan Islam sebagai landasan dalam pengaturan individu dan masyarakat. Menjadikan Islam sebagai tolok ukur dalam pemecahan masalah.
Pemerintah lebih merangkul rakyatnya, memberikan pendidikan yang berkualitas dan pemahaman yang lurus terhadap pandangan kehidupan.
Kebijakan yang dibuat berasaskan Islam, mewajibkan perempuan yang sudah baligh harus menutup aurat. Sehingga tidak ada lagi cerita muslimah melepas hijab dengan mudahnya.