Jangan Asal Move On
CIVILITA.COM – Sampai saat ini sudah banyak upaya untuk move on alias membangkitkan umat dengan cara mendirikan sekolah Islam, membuat lembaga keuangan syariah, membangun yatim piatu, dan sejenisnya, akan tetapi apakah itu akhirnya bisa membangkitkan umat? Kita harus dengan tegas mengatakan “tidak bisa”. Ketidakbisaannya bukan hanya karena jumlah lembaga-lembaga tersebut kurang seimbang dengan jumlah umat muslim yang hendak ditolong. Akan tetapi lebih kepada bahwa aktifitas tersebut memang bukan cara yang tepat untuk membangkitkan umat.
Aktifitas tersebut bukan tidak baik, bahkan aktifitas menolong fakir miskin, yatim piatu itu dianjurkan oleh Islam, tapi masalah utama kebangkitan kaum muslimin bukan di masalah tersebut. Secara empirik data kemiskinan di negeri kita saja, semakin tahun semakin bertambah, itu menjadi salah satu bukti, bahwa ‘proyek’ kebangkitan dengan model yayasan sosial, sekolah, itu telah gagal, karena memang tidak menyentuh akar masalahnya.
“Anda mencaci kami, lalu apa aksi nyata anda untuk menolong mereka?”. Ada yang dengan nada agak tinggi menyalahkan kita seperti itu. Sekali lagi, kita perlu sampaikan bahwa aktifitas itu bukan tidak baik, bahkan itu salah satu aktifitas mulia. Secara individual mungkin di antara kita ada yang melakukan aktitifitas itu. Tapi jika itu dijadikan cara untuk membangkitkan umat, maka fakta sudah membuktikan, dan juga Rasulullah Saw panutan kita, dalam posisinya sebagai pimpinan sebuah kelompok (kutlah sahabat) tidak mencontohkan demikian, maka dengan pasti kita bisa menjawab bahwa umat tidak bisa bangkit dengan cara itu.
Meskipun beliau Saw juga mendiamkan aktifitas Abu Bakar As-Shadiq ketika membebaskan Bilal bin Rabbah dari siksaan tuannya. Artinya, aktifitas-aktifitas yang tergolong sebagai aktifitas sosial, boleh dilakukan secara individual, tapi itu bukan tugas sebuah kelompok dan bukan hal mendasar yang bisa membangkitkan umat.
Satu-satunya cara membangkitkan umat adalah dengan aktifitas dakwah yang irtifaul fikry, dakwah yang merubah pemikiran. Jangan pernah menyepelekan dakwah, karena dia juga sebuah aktifitas nyata dan riil. Aktifitas dakwah tidak hanya berkutat masalah ceramah di masjid, khutbah jumat, tapi aktifitas mengkontak individu dan tokoh umat, menyebarkan selebaran, mengorganisir acara, diskusi, menulis yang intinya mengajak agar menjadikan Islam satu-satunya kaidah berbuat dan berpikir, maka itu juga merupakan aktifitas dakwah.
Maka bagi mereka yang menyalahkan kita karena aktifitas kita belum riil membantu umat dan mengatakan kepada kita sebagai NATO ‘Not Action Talk Only’, kita perlu sampaikan kepada mereka ‘talk less to do more’. Berhentilah mencaci-maki kita, aktifitas dakwah menyebarkan opini Islam dengan berbagai cara dan acara, justru inilah aktifitas riil yang mampu membangkitkan umat. Karena aktifitas ini kita tujukan untuk irtifa’ul fikry, peningkatan taraf berpikir. Bukan untuk meninabobokan umat di tengah sistem yang tidak islami, seperti sekarang ini. [lukyrouf]