Jalan Aspal Mulus Era Kekhilafahan Islam

 Jalan Aspal Mulus Era Kekhilafahan Islam

CIVILITA.COM – Jalan berbatu dan penuh dengan lubang merupakan fenomena langka di masa jayanya kekhilafahan Islam. Sarana transportasi ini justru tertata dengan baik dan rapi, terutama di kota-kota besar kekhalifahan. Hal ini jauh berbeda dengan keadaan di kota-kota besar Eropa ketika itu. Sebut saja London dan Paris, dua kota metropolis dunia masa kini. Dua kota besar tersebut, ketika itu hanyalah kota-kota kumuh dengan jalanan yang becek dan penuh lumpur sewaktu hujan. Siapapun yang berjalan di malam hari pasti akan jatuh terperosok karena tidak adanya penerangan jalan.

Salah satu penyebab nyamannya jalan-jalan di kota-kota besar kekhalifahan tersebut adalah digunakannya aspal sebagai pelapis jalan. Sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam bukunya yang termasyhur, History of Arab, mengungkapkan, “Seni membuat jalan sungguh telah berkembang pesat di tanah-tanah Islam.” Menurutnya, bermil-mil jalan di kota Cordoba sebagai pusat pemerintahan Islam di Spanyol, telah licin berlapis aspal.

Peradaban Islam di Timur mulai menerapkan pembangunan jalan berlapis aspal sejak tahun 762 M pada masa pemerintahan Khalifah Al-Mansur. Dr Kasem Ajram (1992) dalam bukunya, The Miracle of Islam Science, mengungkapkan pesatnya pembangunan jalan-jalan beraspal di era kejayaan tak lepas dari penguasaan peradaban Islam terhadap aspal. Sejak abad ke-8 M, peradaban Muslim telah mampu mengolah dan mengelola aspal.

Sementara itu, menurut catatan sejarah transportasi dunia, negara-negara di Eropa baru memulai pelapisan dengan menggunakan aspal pada abad ke-18 M. Tepatnya pada tahun 1824 M. Baru pada tahun itulah aspal mulai melapisi jalan Champs-Elysees di Paris, Prancis. Sedangkan, jalan beraspal modern di Amerika baru dibangun pada 1872 sebagai buah karya Edward de Smedt, imigran asal Belgia yang membangun jalan beraspal pertama di Battery Park dan Fifth Avenue, New York City, serta Pennsylvania Avenue.

Aspal sendiri terbagi menjadi dua berdasarkan asal terbentuknya yakni aspal alami dan aspal minyak. Aspal alami  berasal dari endapan yang kita temukan didalam atau disekitar permukaan lapisan bumi. Aspal minyak adalah hasil pemisahan minyak kasar setelah melalui prosen penyulingan modern.
Aspal pertama kali dikenal oleh bangsa Sumeria. Peradaban Sumeria menyebutnya sebagai esir. Orang Akkadia menyebutnya dengan nama Iddu, orang Arab menyebutnya sayali, zift, atau qar; sedangkan masyarakat Barat mengenalnya dengan nama Bitumen. [muis/sahid]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *