Di Sana Perang Di Sini Senang

 Di Sana Perang Di Sini Senang

CIVILITA.COM – Sahabat, anda tahu Palestina? Tahu Suriah? Tahu Rohingnya? Pernah melihatnya di peta dunia? Atau jangan-jangan sahabat semua baru mendengar nama-nama itu sekarang? Waduh, keterlaluan kalau sampai ada sebagai seorang muslim, tidak pernah tahu nama negara-negara itu. Padahal saudara muslim kita di negeri-negeri tersebut, masih mengalami perang, pembantaian, pembinasaan. Apakah anda tahu berita itu sahabat?

Ohw, sekali lagi sayang sekali, kalau sampai sahabat sekalian ada yang tidak tahu dengan berita itu. Bahkan akan lebih parah, jika sampai ada yang mengeluarkan pernyataan “Sudahlah, tidak usah mikirin Palestina, Suriah, Rohingnya, lha wong negeri sendiri saja belum betul”. Nah, komentar yang seperti ini, berbahaya. Komentar semacam ini menunjukkan betapa dia hanya berpikir nafsi-nafsi alias individualis.

Kontradiksi
Kita bukan mau mengajak sahabat semua untuk ikut berangkat perang, tapi kita mencoba membandingkan fakta anak-anak muda di sana dengan anak-anak muda di sini. Telinga remaja Palestina, Suriah sudah terlalu sering mendengar desingan peluru atau mortir. Darah dan nyawa, menjadi barang murah bagi pemuda Palestina. Bagi mereka tekadnya hanya satu “lawan zionisme Israel”.

Tapi di negeri ini? Anak-anak muda ada yang kuat pacarannya, ada yang sok jagoan dengan menjadi aktivis tawuran, termasuk banyak juga yang jago berhura-hura menghabiskan duit orang tuanya. Ada juga yang yang bebas pergaulannya, sampai aborsi, hamil diluar nikah, dan lain sebagainya.

Sahabat, kita memaparkan fakta tadi dengan harapan agar kita bisa bersikap lebih dewasa dan bijak. Kita harus paham bahwa hidup ini penuh risiko. Kita harus punya tujuan dalam hidup ini. Apalagi kita sebagai seorang muslim, harus sudah tahu apa yang harus dilakukan, yakni berjuang untuk Islam, dan sudah paham dengan apa yang diharapkan, yakni terwujudnya kembali kehidupan Islam di dunia ini.

Kita harusnya malu dengan saudara kita di Palestina dan Suriah, mereka memiliki se¬mangat yang pantang menyerah dan tahu betul makna hidup. Mereka berprinsip, berperang mela¬wan tentara Yahudi, atau diam di rumah, kema¬tian pasti akan datang menjemput. Ya, perso¬alan yang terpenting adalah bagaimana cara mati kita? Apakah sedang dalam berjuang untuk Islam, atau malah sedang maksiat? Itu yang harus jadi perhatian kita.

Sahabat, seharusnya kaum muslimin itu ibarat satu tubuh. Saling merasakan jika anggota tubuhnya terluka. Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal kasih sayang, cinta kasih dan pembelaannya bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuhnya merasa sakit (menderita), maka (hal itu) akan menjalar ke anggota-anggota tubuh lainnya dengan rasa demam dan panas.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Tapi sayangnya, masih banyak kaum muslimin yang merasa tak begitu penting memikirkan nasib saudaranya di Palestina, Suriah, Rohingnya. Kenapa? Karena perasaan itu sudah dihalangi oleh tapal batas negara. Kita seolah-olah terpisah satu sama lain. Persis sebuah tubuh yang sudah tidak menyatu lagi.

Di Palestina sana kaum muslimin mengerahkan tenaganya untuk berlomba mempertahankan negerinya dari tindakan zionis Israel, di sini malah ada yang asyik mandi peluh bergoyang, di medan pesta. Rasanya tidak adil kalau kita tidak peduli sama sekali dengan saudara kita di Suriah, Rohingnya. Paling minimal dari kepedulian kita itu adalah dengan mengirimkan doa untuk keselamatan mereka. Syukur-syukur kalau kita bisa juga berdakwah menyerukan kepada pemerintah di sini supaya mengirimkan tentaranya dengan negara-negara yang telah membantai saudara-saudara kita disana. [lukyrouf]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *