Cara Islam Mengolah Pertanian (Bagian Satu)

 Cara Islam Mengolah Pertanian (Bagian Satu)

CIVILITA.COM – Islam menaruh perhatian pada bidang pertanian. Karena dengan pertanian atau bercocok tanam inilah dapat menghasilkan pangan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia maupun binatang.

Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan apresiasi positif kepada kaum Muslimin yang berprofesi sebagai petani. Rasulullah pernah berkata, “Tidak seorang Muslim pun yang bercocok tanam, lalu tanamannya dicuri orang, dimakan binatang liar atau burung, ataupun hilang, maka semua itu dianggap sedekahnya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Hadis ini menegaskan bahwa semua yang dihasilkan dari aktivitas pertanian yang selama ini dianggap tidak berharga, justru dinilai mulia oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Pertanian bisa dikatakan baik adalah pertanian yang subur. Pertanian yang mampu menghasilkan produk-produk unggulan untuk keberlangsungan hidup. Islam tak mengekang umatnya untuk menghasilkan formula terbaru di bidang pertanian. Itu sebabnya, dalam catatan sejarah, pertanian Islam pernah mengalami masa kejayaan, bahkan bisa disebut sebagai pelopor pertanian modern.

Revolusi Hijau
Abad ke 8 telah terjadi revolusi yang mengubah wajah pertanian dunia. Umat Islam mampu melakukan revolusi hijau atau revolusi pertanian. Saat itu, umat Islam mampu melakukan perubahan fundamental di sektor pertanian. Revolusi ini dimulai dari bagian paling timur dunia Islam (Asia), hingga merambah ke Spanyol (Eropa).

Dampak revolusi ini sungguh luar biasa. Revolusi ini berdampak positif pada produksi pertanian, pertumbuhan kota, peningkatan tenaga kerja, dan yang lainnya. Menurut Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya yang bertajuk Islamic Technology, An Illustrated History mengatakan, salah satu aspek penting dari revolusi hijau ini adalah pengenalan dan penyebaran berbagai jenis tanaman baru ke dunia Islam.

Sejak itu, dunia Islam mengenal tanaman-tanaman baru yang unggul kualitasnya seperti, padi, tebu, gandum keras, kapas, semangka, jeruk, terong serta beragam jenis bunga.

Menggeliatnya sektor pertanian dunia Islam kala itu membuat para insinyur Muslim terpacu untuk menciptakan alat-alat dan teknologi yang dapat memudahkan aktivitas pertanian. Sejarawan Muslim Al Maqrizi mengungkapkan teknologi bajak, cangkul dan sekop, dan irigasi sudah mulai digunakan paska revolusi hijau.

Menurut Al Maqrizi bajak digunakan sebagai alat untuk menggemburkan tanah sebelum melakukan penanaman dan penaburan benih. Bajak terbuat dari besi yang menyerupai gigi-gigi, seperti sikat. Para petani Islam menggunakan hewan ternak seperti kerbau dan lembu untuk menarik bajak.

Seiring berjalannya waktu, para insiyur Muslim pun terus berupaya membuat rancangan bentuk bajak. Peradaban Islam sudah mampu menciptakan bajak cakram yang sesuai dengan jenis tanah, sehingga tidak akan terlalu dalam memotong alur. Hingga kini, teknologi pertanian yang satu ini masih tetap digunakan para petani di berbagai belahan dunia..

Sedangkan sekop dan cangkul digunakan untuk menggali lahan yang tidak memerlukan bajak, seperti lahan perkebunan sayur dan buah-buahan. Saat itu juga sudah dikenal sekop jenis lain bernama al mijnah atau al mijrafah yang digunakan untuk mengangkat tanah hasil penggalian.

Ketersediaan air untuk aktivitas pertanian sangat penting. Apalagi sebagian besar wilayah kekuasaan Islam memiliki tanah yang kering dan tandus. Teknik irigasi merupakan solusi yang diciptakan para insinyur Muslim. Setelah menemukan teknik irigasi ini, para insinyur Muslim terus berupayakan mengembangkan teknologi penyediaan air.

Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill dalam bukunya mengatakan para insinyur itu akhirnya mampu menemukan teknologi baru, seperti peralatan pengangkat air, cara penyimpanan, pengangkutan serta distribusi air. Bahkan, dengan kebriliannya mereka pun berhasil menciptakan teknik pencarian sumber-sumber air yang tersembunyi maupun sistem bawah tanah (qanat).

Salah satu teknologi irigasi yang dikembangkan peradaban Islam bernama Noria. Teknologi yang satu ini digunakan pada sistem irigasi buatan. Untuk memudahkan aliran air secara konstan, masyarakat Muslim menggunakan noria. Dalam bahasa Arab ‘na’ura‘, yakni sebuah mesin pengangkat air yang masuk ke dalam saluran air kecil. Bersambung… [muis/sahid]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *