Berbuat Kebaikan Tak harus Menunggu Baik
Sobat, pernah gak sih mengalami ketika mengingatkan saudara kita akan kebaikan, sesekali terlontar di sebut sebagai sok alim, sok suci, ikut campur urusan orang lain, sok-sokan ngasih tau padahal ngurus diri sendiri aja belum bisa dan lainnya. Sebagai umat muslim kita memang di wajibkan untuk saling menasehati, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari perbuatan tidak baik. Namun, sikap menyampaikan kita kadang di anggap negatif.
Padahal mengingatkan saudara akan kebaikan merupakan tanda sayang sebenarnya, artinya kita tidak ingin membiarkan saudara kita terus melakukan perbuatan yang tidak Allah sukai, karena tak hanya merugikan diri sendiri namun orang yang membiarkannya pun akan terkena dosa yaitu sama-sama dimintai pertanggungjawaban oleh Allah karena membiarkan kebathilan terus terjadi. Astaghfirullah..
Dalam penyampaian kita tidak boleh sembarangan, harus melihat kondisinya. Islam memiliki adab dalam menasehati, salah satunya jangan mengingatkan ketika di depan khalayak, karena itu akan membuatnya malu dan menyakiti perasaannya. Tujuan kita memang baik, tapi jangan sampai salah langkah. Posisikan diri kita ada padanya, menyesuaikan agar kehadiran dan amar makruf kita dapat di terima dengan baik. Tugas kita menyampaikan, pilihan menerima atau tidak itu sudah bukan kuasa kita.
Sobat, jangan sampai kita gagap ketika di mintai pertanggungjawaban di akhirat nanti, lebih baik kita di anggap tidak baik di mata manusia. Ketika penyampaian kita sudah tepat namun masih mengelaknya, doakan saja. Jangan merasa sakit hati apalagi berhenti, yang kita lakukan saat ini tidak ada apa-apanya jika di bandingkan perjuangan Rasul dan Sahabat dalam mensyiarkan Islam. Toh itu merupakan sebuah doa bagi mereka terhadap kita, di anggap suci, alim, ustadzah, Bu haji dll. Amiinkan saja, semoga diantara perkatan mereka Allah benar-benar mengabulkannya.
Terus melakukan kebaikan sekecil apapun yang kita bisa dan jangan menungu diri sempurna untuk berbuat baik. Semangat!